Strategi Perdagangan RI Dinilai Belum Jelas, Harusnya Bagaimana?

Strategi Perdagangan RI Dinilai Belum Jelas, Harusnya Bagaimana?

Soraya Novika - detikFinance
Rabu, 12 Agu 2020 14:38 WIB
Neraca perdagangan pada Oktober 2017 tercatat surplus US$ 900 juta, dengan raihan ekspor US$ 15,09 miliar dan impor US$ 14,19 miliar.
Ilustrasi/Foto: Agung Pambudhy

Untuk itu, penting mencari investor yang berkenan memproduksi produk minyak sawit mentah menjadi berbagai produk yang memiliki nilai tambah di Indonesia.

"Kalau tidak, Indonesia akan terjebak dalam komoditas rendah, nilai tambah rendah, dan kita tidak akan bisa naik kelas menjadi negara maju seperti negara lain," katanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di era rantai pasok global, para investor di negara-negara maju dapat membangun kantor dan pusat pengembangannya di negara asal mereka, namun proses produksi dilakukan di negara lain.

"Itulah kenapa Apple meletakkan kantor pusat, pusat penelitian, yang memang nilai tambahnya tinggi itu ada di Silicon Valley, di negaranya. Tapi, untuk yang nilai tambahnya rendah, seperti proses produksinya ada di China, bahkan Vietnam," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Hal tersebut, katanya merupakan peluang bagi Indonesia untuk menarik investor asing meletakkan proses produksinya di tanah air.



Simak Video "Video: Pedagang di Chinatown San Francisco Kena Dampak Tarif 145%"
[Gambas:Video 20detik]

(ara/ara)

Hide Ads