Ini Dokter Tania, 'Robot' Berkebun buat Petani Desa hingga Kota

Ini Dokter Tania, 'Robot' Berkebun buat Petani Desa hingga Kota

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Minggu, 16 Agu 2020 16:25 WIB
Konsep urban farming saat ini memang menjadi tren berkebun di lahan sempit perkotaan. Salah satunya, Abdul Rahman yang merawat tanamannya di atas rumah.
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Pertanian di perkotaan atau urban farming kini menjadi tren baru di masyarakat. Selain untuk ketahanan pangan keluarga, urban farming juga bisa menjadi peluang bisnis baru untuk masyarakat lho.

Tak hanya berkaitan dengan air, tanah, benih, pupuk atau tumbuhan, Urban farming juga bisa berkaitan dengan teknologi. Contohnya perusahaan rintisan Neurafarm yang digagas oleh dua anak muda Febi Agil Ifdillah sebagai CEO/CTO dan Lintang Kusuma Pratiwi sebagai Co-Founder, Chief Agriculture/Operations.

Febi menceritakan Neurafarm ini merupakan smart farming startup yang didirikan pada 2018 lalu. Neurafarm memiliki misi untuk meningkatkan produktivitas di industri agrikultur menggunakan teknologi.

Dia menjelaskan pangan adalah kebutuhan pokok seluruh manusia di dunia ini. Badan pangan dunia (FAO) menyebut pada 2050 akan ada 2 miliar jiwa tambahan yang harus mendapatkan makanan. Sedangkan jumlah petani terus menurun, lahan semakin terbatas, kekeringan terjadi di mana-mana hingga pemanasan global yang semakin meningkatkan ketidakpastian.

Kemudian masalah gagal panen akibat cuaca, hama dan penyakit bisa menyentuh nilai Rp 3.000 triliun di seluruh dunia. Karena itu, Neurafarm fokus untuk mengurangi risiko gagal panen di Indonesia dengan sebuah aplikasi digital bernama Dokter Tania.

"Jadi aplikasi ini bisa mendeteksi penyakit tanaman dan hama hanya dengan memfoto melalui Artificial Intelligence (AI). Aplikasi ini menghubungkan petani dengan agronomist di Neurafarm, harapannya jutaan petani Indonesia bisa terbantu," kata Lulusan Ilmu Komputer ITB ini kepada detikcom, akhir pekan ini.

Pria kelahiran 23 Februari 1997 ini menyampaikan aplikasi Dokter Tania ini sebenarnya bisa digunakan oleh petani konvensional, petani kota, dan pegiat kebun. Hal ini karena semua petani atau orang yang berkebun bisa memenuhi kebutuhan pangan dunia.

Namun mengerucut ke urban farming, saat ini Neurafarm memanfaatkan momentum untuk memperkenalkan starter kit ke masyarakat untuk bertani atau berkebun di rumah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sehingga kita bisa menghargai lagi dari mana datangnya makanannya sehari-hari yang kita konsumsi dan menginspirasi generasi-generasi penerus pertanian selanjutnya," jelas dia.

Starter kit milik Neurafarm merupakan box yang berisi berbagai macam kebutuhan menanam di rumah termasuk bibit (dapat dipilih dari 16 bibit yang tersedia), pupuk, polybag, media tanam, dan lain sebagainya. Para pembeli juga akan diberikan akses eksklusif ke fitur premium aplikasi Dokter Tania sebagai panduan menanam, bertanya ke agronomis, dan meningkatkan pengetahuan.

ADVERTISEMENT


Saat ini, paket lengkap dimulai dari harga Rp 75 ribu untuk herbal maupun sayuran yang berisi 5 jenis bibit pilihan. Ada juga yang berharga Rp 95 ribu dengan pilihan bibit yang lebih banyak, dan paket Super Lengkap kami di Rp 120 ribu yang berisikan bibit, media tanam, tray semai, dan lainnya yang lebih lengkap. Semua paket tersebut dilengkapi dengan akses ke layanan Dokter Tania Premium untuk panduan menanam.

Febi menilai peningkatan tren urbanisasi yang terus meningkat dan kesadaran masyarakat untuk makan sayur dan buah adalah potensi besar untuk urban farming. Sehingga, konsep hyperlocal farms menjadi semakin populer. Bagaimana jika kita bisa memenuhi kebutuhan pangan daerah kita sendiri? Dimulai dari rumah.

Urban farming sendiri menyumbang 1/5 dari total produksi pangan dunia dan 15 kali lebih produktif dibandingkan tradisional farming.

Menurut dia dengan potensi ekonomi yang besar, petani kota mungkin bisa memikat banyak orang, terutama generasi muda untuk menjadi petani. Selain concern ke lingkungan, membangun hyperlocal farms juga selaras dengan banyak nya orang yang lebih peduli kepada kesehatan mereka. Makanan yang didapatkan dari daerah sekitar akan lebih segar, baik ditanam sendiri atau oleh orang lain.

"Memang tidak semua dapat ditanam di rumah. Sehingga kita masih harus mengirimkan makanan ke daerah yang jauh. Kami merasa bahwa urban farming dan traditional farming bisa co-exists dan saling mendukung," ujarnya.


Hide Ads