Pemerintah Indonesia saat ini tengah berjuang meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi usai terkontraksi pada kuartal II-2020. Melalui program pemulihan ekonomi nasional (PEN), perekonomian nasional harus bangkit dari kontraksi minus 5,32%.
Perekonomian nasional berpotensi masuk jurang resesi jika dua kuartal berturut-turut mengalami kontraksi. Sekarang, pemerintah sedang mempercepat sejumlah program agar tidak resesi seperti negara-negara tetangganya.
Meski begitu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menceritakan kondisi kinerja APBN hingga akhir Juli 2020. Fiskal negara belum memberikan tanda-tanda yang bisa membuat ekonomi nasional melaju hingga akhir tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini bahkan menyebut pertumbuhan ekonomi nasional berpotensi minus di sepanjang tahun 2020. Jika benar begitu, maka Indonesia resmi resesi.
Pada kuartal I-2020, perekonomian Indonesia tumbuh di level 2,97% dan di kuartal II-2020 terkontraksi minus 5,32% akibat pandemi Corona. Sementara untuk kuartal III-2020, dia mengungkapkan outlook pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020 berada di kisaran 0% hingga minus 2%. Hal tersebut menyusul belum terjadinya pembalikan ekonomi nasional yang solid.
"Kita memang melihat di kuartal III downside risk tetap menunjukkan risiko yang nyata, kuartal III outlook-nya antara 0% hingga negatif 2%," kata Sri Mulyani dalam konferensi APBN KiTa, Jakarta, Selasa (25/8/2020).
Dengan outlook tersebut, Sri Mulyani mengungkapkan pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang tahun 2020 akan berada di kisaran minus 1,1% hingga positif 0,2%.
Sri Mulyani mengungkapkan setidaknya ada dua kunci yang bisa menyelamatkan ekonomi tanah air dari jurang resesi, yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi.
"Kunci utamanya, konsumsi dan investasi," kata Sri Mulyani dalam konferensi APBN KiTa.