Hampir Pasti Terjadi, Resesi Adalah...

Hampir Pasti Terjadi, Resesi Adalah...

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Senin, 31 Agu 2020 17:05 WIB
Pandemi virus Corona membuat dunia usaha babak belur.  COVID-19 juga diproyeksi mendatangkan malapetaka pada ekonomi Indonesia, bahkan dunia.
Ilustrasi/Foto: Antara Foto
Jakarta -

Resesi sudah ada di depan mata. Menkopolhukam Mahfud Md bahkan menyebut, pada bulan depan Indonesia 99,9% resesi atau hampir pasti resesi. Apa itu resesi?

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menjelaskan, resesi adalah turunnya kondisi perekonomian nasional. Hal itu tampak dari pertumbuhan ekonomi yang minus dua kuartal berturut-turut.

Dia bilang, dengan kondisi Indonesia terkini maka tampak penurunan ekonomi yang signifikan imbas pandemi Corona.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau resesi intinya penurunan kondisi perekonomian dalam dua kuartal berturut-turut dibanding tahun lalu. Kalau kita lihat sekarang aja dibanding tahun lalu sebenarnya sudah minus 10,4% dalam kondisi normal. Kalau dulu 5,02% kemarin minus 5,3% itu kan selisihnya 10%. Dan kalaupun besok kuartal III minus 1 atau nol koma berarti kan sekitar 6% itu dalam banget," katanya kepada detikcom, Senin (31/8/2020).

Tanda-tanda resesi sendiri pernah diungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawti yang belum lama ini bercerita kondisi APBN hingga Juli 2020. Fiskal negara belum memberikan tanda-tanda yang bisa membuat ekonomi nasional melaju hingga akhir tahun ini.

ADVERTISEMENT

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini bahkan menyebut pertumbuhan ekonomi nasional berpotensi minus di sepanjang tahun 2020. Jika benar begitu, maka Indonesia resmi resesi.

Pada kuartal I-2020, perekonomian Indonesia tumbuh di level 2,97% dan di kuartal II-2020 minus 5,32% akibat pandemi Corona. Sementara untuk kuartal III-2020, dia mengungkapkan outlook pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 0% hingga minus 2%. Hal tersebut menyusul belum terjadinya pembalikan ekonomi nasional yang solid.

"Kita memang melihat di kuartal III downside risk tetap menunjukkan risiko yang nyata, kuartal III outlook-nya antara 0% hingga negatif 2%," kata Sri Mulyani dalam konferensi APBN KiTa, Jakarta, Selasa (25/8/2020).

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Dengan outlook tersebut, Sri Mulyani mengungkapkan pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang tahun 2020 akan berada di kisaran minus 1,1% hingga positif 0,2%.

Sri Mulyani mengungkapkan setidaknya ada dua kunci yang bisa menyelamatkan ekonomi tanah air dari jurang resesi, yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi.

"Kunci utamanya, konsumsi dan investasi," kata Sri Mulyani.

Guna mendorong laju konsumsi rumah tangga, Sri Mulyani mengungkapkan pemerintah akan mempercepat penyerapan belanja pemerintah. Dia mengaku akselerasi penyerapan belanja pemerintah juga akan berdampak pada perekonomian di kuartal III-2020.

"Pemerintah akan terus memonitor dan meningkatkan kinerja dari belanja terutama yang berhubungan dengan pemulihan ekonomi sehingga tren untuk pemulihan ekonomi bulan Juli bisa semakin distabilkan dan dibuat jauh lebih bertahan dan positif sehingga kita betul-betul bisa memulihkan ekonomi pada kuartal ketiga dan selanjutnya," jelasnya.

Sri Mulyani mengungkapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sudah menginstruksikan kepada beberapa menteri ekonominya untuk fokus terhadap tingkat konsumsi rumah tangga dan investasi.



Simak Video "Pesan Jokowi ke Pemerintah yang Baru: Hati-hati Mengelola Negara"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads