Mau Ngutang di Tengah Pandemi? Perhatikan Ini Dulu

Mau Ngutang di Tengah Pandemi? Perhatikan Ini Dulu

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 07 Sep 2020 07:30 WIB
man hand show rupiah money on white background
Foto: iStock
Jakarta -

Banyak orang harus kehilangan pendapatannya di tengah pandemi Corona yang melanda. Badai PHK pun menghantam banyak pekerja, potongan gaji pun banyak dirasakan bagi mereka yang bekerja.

Hidup harus tetap berjalan. Namun dengan berkurangnya pendapatan, untuk memenuhi kebutuhan mungkin akan makin sulit. Utang pun dipilih jadi jalan keluar.

Di tengah kondisi sulit seperti ini utang memang menjadi salah satu alternatif, Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia Andy Nugroho pun mengatakan wajar apabila orang terpaksa berutang di tengah kondisi super sulit seperti ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ya di tengah kondisi seperti itu bisa jadi jalan keluar, apalagi buat yang kena PHK ataupun yang terkena potongan gajinya," ujar Andy kepada detikcom, Minggu (6/9/2020).

Hanya saja ada beberapa hal yang harus diingat agar tidak salah langkah saat memilih berutang. Pertama, yang harus diperhatikan adalah menghitung skala aman dalam berutang. Patokannya, menurut Andy, jumlah maksimalnya sebesar 30% dari pengeluaran bulanan.

ADVERTISEMENT

Andy mengingatkan sebelum berutang hendaknya jumlah utang, termasuk cicilan sebelumnya bila ada, jangan sampai lebih dari 30% pengeluaran rata-rata bulanan.

"Kita harus paham bahwa presentase yang aman agar keuangan aman meski berutang. Utang itu jumlah maksimalnya adalah 30% dari pengeluaran kita. Sebelum berutang, ada baiknya dihitung dulu. Apalagi kalau sudah ada cicilan, kalau tambah utang masih dalam batas tersebut atau tidak," ujar Andy.

Kemudian, yang kedua, semua orang harus tahu, utang akan memberikan beban di kemudian hari. Maka dari itu, Andy menyarankan agar sebelum berutang pertimbangkan untuk menjual atau menggadai barang.

"Sebelum memilih menambah utang coba pertimbangkan menjual atau menggadaikan barang. Misalnya, di rumah ada laptop atau televisi yang tidak sering dipakai bisa saja dijual atau digadaikan," kata Andy.

Mencari usaha yang bisa menghasilkan uang dengan modal minim juga bisa dilakukan untuk menghindari bertambahnya utang. Bisa saja mempertimbangkan opsi untuk menjadi reseller atau dropshiper. Ataupun kalau terpaksa bisa saja mulai ngojek.

"Ya kalau bisa usaha dulu ya cari dulu usaha, jangan langsung berutang. Kan sekarang ada sistem reseller atau dropshiper, modalnya kan minim yang penting rajin, atau bisa juga ngojek kalau terpaksa," saran Andy.

Kemudian yang ketiga, bila akhirnya terpaksa berutang, Andy mengingatkan utang hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok harian. Jangan sampai berutang untuk memenuhi keinginan belanja semata.

"Kalau memang terpaksa berutang, ya sudah digunakan hanya untuk pemenuhan kebutuhan pokok. Jangan sampai digunakan memenuhi keinginan, mau beli handphone baru, sepeda baru, jangan sampai begitu," tegas Andy.

"Kebutuhan pokok misalnya buat beli makanan minuman atau kebutuhan bulanan, lalu buat bayar tagihan listrik dan lainnya," tambahnya.

Yang terakhir, sebelum menambah utang, ada baiknya meminta keringanan terlebih dahulu pada cicilan sebelumnya. Pasalnya, banyak orang yang memang sudah punya cicilan sebelum Corona menghantam.

"Buat yang sudah punya cicilan sebelumnya, kalau bisa minta keringanan dulu, ke leasing, bank, atau siapapun yang memberi cicilan. Kemungkinan mereka mau buka mata di kondisi seperti ini," kata Andy.

Kalau sudah tak ada jalan lain dan terpaksa untuk berutang, pinjaman seperti apa yang paling aman?

Andy menyarankan agar memilih sumber paling lunak apabila terpaksa harus berutang. Menurutnya, yang paling lunak adalah berutang kepada orang terdekat, mungkin teman, tetangga, atau pun kerabat dekat. Hal itu dilakukan agar bisa mendapatkan dana segar dengan cepat sekaligus aman bagi yang berutang.

"Kalau saran saya sih coba pinjaman yang paling lunak, keluarga, teman, tetangga. Mereka lebih aman, seandainya macet bayar, perku negosiasi lagi mungkin mereka mau ngertiin. Tapi bukan jadi excuse (alasan) untuk tidak mau bayar lho ya," kata Andy.

Andy mengatakan kalau bisa dalam berutang hindari rentenir ataupun pinjaman online, keduanya menurut Andy memiliki skema yang sama. Keduanya bisa memberikan dana segar sesuai keinginan, namun bunganya sangat besar.

Negosiasinya pun menurutnya akan sulit. Apabila macet bayar, yang berutang bisa saja malah dikejar-kejar, tanpa ada negosiasi.

"Ya memang akan jadi godaan nih ke rentenir, atau pinjaman online. Karena kan kita bisa dapat dana segar dengan cepat sesuai keinginan, tapi ingat ada bunga tinggi di situ, kalau nggak bisa bayar tepat waktu juga bisa dikejar-kejar, baiknya itu benar-benar jadi alternatif terakhir," kata Andy.

Kemudian dia mengatakan bagi yang memiliki kartu kredit bisa jadi opsi alternatif. Misalnya untuk membeli kebutuhan bulanan ke supermarket, bisa saja pilih 'gesek' kartu kredit dahulu.

Nantinya sambil mencari sumber pemasukan lain, bisa saja per bulannya membayar jumlah minimal terlebih dahulu.

"Bisa sih andelin kartu kredit, tapi hanya untuk kebutuhan sehari-hari dan dia bayar tagihan minimalnya tiap bulan. Kan kalau kartu kredit ada tagihan minimal, tapi tetap harus cari pemasukan lain, nggak bisa terjebak utang terus," kata Andy.

Untuk meminjam ke bank, justru Andy tak terlalu menyarankan, pasalnya syarat yang ditujukan cukup banyak. Salah satunya adalah harus menyiapkan jaminan yang cukup besar, misalnya sertifikat rumah. Pinjamannya pun tak bisa sedikit harus besar.

"Kalau di bank ini cukup sulit ya, karena dia kan pinjaman mesti besar, kalau buat sehari-hari malah kelebihan utangnya. Belum lagi harus ada collateral di situ, cukup besar juga, misalnya BPKB motor ataupun sertifikat rumah," kata Andy.


Hide Ads