Gubernur Provinsi DKI Jakarta Anies Baswedan memberlakukan kembali PSBB Jakarta secara total mulai Senin, (14/9) mendatang. Hal ini diputuskannya semalam dengan mempertimbangkan kasus penyebaran virus Corona (COVID-19) yang sudah tak terkendali di Ibu Kota.
Ketika PSBB pertama kali diterapkan di Jakarta pada April 2020 lalu, kegiatan perekonomian sangat terpukul. Bahkan, setelah PSBB Jakarta dilonggarkan atau memasuki masa transisi, aktivitas masyarakat masih belum kembali normal.
Di kuartal II-2020 saja, pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah mengalami kontraksi dalam yakni -5,32%. Lantas, bagaimana dampak PSBB Jakarta jilid II ini terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal-III? Akankah Indonesia terjun ke jurang resesi?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, ancaman resesi memang sudah tak bisa dihindari oleh Indonesia. Indef sudah memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2020 mengalami kontraksi lagi di level -1,3% sampai -1,7%.
Namun, dengan berlakunya kembali PSBB total di Jakarta ini, Tauhid memprediksi kontraksinya akan semakin melebar.
"Ya saya kira pasti potensi ke sana terjadi. Bisa di atas minus 1,7% karena hitungannya masih turun," kata Tauhid ketika dihubungi detikcom, Kamis (10/9/2020).
Namun, ia lebih mengkhawatirkan perekonomian Indonesia di kuartal IV-2020. Menurutnya, jika PSBB Jakarta ini berlangsung lama, maka potensi perekonomian Indonesia kembali positif di kuartal IV-2020 akan sangat kecil.
"Dampak sesungguhnya menurut saya bisa ke kuartal IV-2020. Karena saya nggak yakin ini bisa selesai dalam waktu 2 minggu. Jadi bisa lebih lama dari 2 minggu, dan efek ke kuartal IV saya kira akan punya pengaruh. Dan beban pemerintah itu lebih besar untuk rebound di kuartal IV. Kalau harapannya di kuartal IV kembali positif, kalau ini diberlakukan lebih lama ya akan sulit," tutur dia.