Pandemi COVID-19 yang tak kunjung reda membuat para perajin lurik tenun pakaian, termasuk Ngatini (60), banting setir untuk bertahan. Perajin di Desa Bawak, Kecamatan Cawas, Klaten ini membuka warung soto.
"Ini sementara jualan soto sambil jualan pakaian dan tas berbahan lurik tenun. Mau bagaimana lagi sejak COVID sampai sekarang belum pulih," ujar Ngatini pada detikcom di warungnya tepi Jalan Cawas- Bayat, Senin (28/9/2020) siang.
Ngatini menceritakan perajin lurik tenun pakaian macet sejak bulan Maret setelah ada Corona. Tidak ada penjualan sebab tidak laku.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama ini, kata Ngatini, dirinya menggandeng sekitar 22 perajin tenun lurik di Kecamatan Bayat dan Cawas untuk berproduksi, namun setelah ada Corona semua berhenti.
Menurut Ngatini, tenun lurik untuk fashion berbeda dengan tenun lurik selendang. Bahanya lebih halus karena menggunakan benang katun.
" Bahanya pakai katun sebab untuk dipakai sehingga halus mirip kain pabrikan. Saya jual per meter Rp 30.000 dan untuk tiap meter dari perajin diberi upah menenun Rp 5.000," terang Ngatini.
Baca juga: Bisnis Rumahan Saat PSBB |
Selain menjual berupa kain, ujar Ngatini, ada yang dijual sudah berbentuk baju maupun stelan lurik. Ada juga untuk berbagai tas. Berbagai desain pakaian berbahan lurik atau berupa kain dikirim ke pedagang besar di Desa Tlingsing.
Sedangkan untuk butik di kota besar atau obyek wisata belum bisa dikirim karena belum buka, sehingga penjualan mandek. Daripada menunggu situasi tidak jelas, imbuh Ngatini, dirinya membuka warung soto sambil tetap memajang fashion lurik tenun di warungnya.
" Di warung pakaian lurik tetap kami pajang meskipun lakunya tidak pasti. Harga ada yang Rp 50.000- Rp 100.000 tergantung bahan dan modelnya," tambah Ngatini.
Langsung klik halaman selanjutnya.