Untuk Merpati, katanya dalam proses penyehatan. Meski belum mendapat suntikan modal, maskapai pelat merah ini mulai beroperasi lewat kerja sama operasi kargo.
"Selanjutnya Merpati kita ini sudah optimalkan asetnya mereka, kami lakukan pendampingan untuk kerja sama kargo ke timur dengan 10 BUMN," ucap Dikdik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikdik melanjutkan, PT Industri Gelas menunjukkan progres yang cukup baik. BUMN ini akan segera merambah industri fiberglass dengan bekerja sama dengan Perusahaan Gas Negara (PGN).
"Kalau terkait Iglas (Industri Gelas) kita sedang mulai kajian untuk coba melakukan support pembuatan pipa-pipa fiberglass. Saat ini kita kajian dengan PGN, mereka butuh pipa fiberglass. Nanti kita akan mulai dari situ, selama ini kan mereka setop operasi juga," ucap Dikdik.
Dikdik juga memaparkan, Industri Sandang Nusantara akan mengubah pola bisnisnya. Sebelumnya, perusahaan ini fokus ke industri hulu tekstil dengan pemintalan benang. Kini, bisnis akan berubah mengurus industri hilir garmen.
"ISN (Industri Sandang Nusantara) fokusnya nggak ke hulu lagi dia akan training untuk mengurusi industri garmen sekarang fokusnya. Mereka juga baru saja lelang aset di Bali, dari hasil itu bisa selesaikan kewajiban kepada kreditur, sisa asetnya ada sembilan pabrik pemintalan," ungkap Dikdik.
Lantas apakah BUMN 'dhuafa' di atas yang dibidik Kementerian BUMN untuk dibubarkan? detikcom masih menunggu keterangan resmi dari Kementerian BUMN.
(toy/fdl)