Sektor Penerbangan Mau PHK Besar-besaran, Terburuk dalam Sejarah

Sektor Penerbangan Mau PHK Besar-besaran, Terburuk dalam Sejarah

Aulia Damayanti - detikFinance
Jumat, 02 Okt 2020 13:16 WIB
Thomas Lohnes/Getty Images
Foto: Thomas Lohnes/Getty Images
Jakarta -

Puluhan ribu orang telah kehilangan pekerjaannya akibat pandemi COVID-19. Kini sektor penerbangan mengumumkan akan memangkas besar-besaran pekerjanya jika bantuan dari pemerintah Amerika Serikat (AS) tak kunjung datang.

Pemangkasan kali ini akan jadi pemutusan hubungan kerja (PHK) terburuk dalam sejarah penerbangan. Setelah gagal mendapatkan bantuan tambahan dari federal AS. American Airlines dan United Airlines mengatakan mereka akan memangkas total 32.000 pekerja.

"Hari ini adalah hari yang sangat menyedihkan bagi kami semua di United," kata CEO United Airlines Scott Kirby, dikutip dari CNN, Jumat (2/10/2020)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

CEO American Airlines Doug Parker mengatakan PHK dapat dihindari jika maskapai mendapat kepastian dari Kongres dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin bahwa mereka akan mencapai kesepakatan terkait bantuan penggajian senilai US$ 25 miliar untuk seluruh maskapai penerbangan AS.

Tetapi sumber mengatakan untuk mencapai kesepakatan membutuhkan lebih banyak waktu. Baik Parker dan Kirby berharap mereka dapat membalikkan keadaan dan dengan cepat memanggil kembali karyawan jika kesepakatan tercapai dalam beberapa hari mendatang.

ADVERTISEMENT

"Kami memohon para pemimpin untuk mencapai kompromi, menyelesaikan kesepakatan sekarang, dan menyelamatkan pekerjaan," kata Kirby.

Industri penerbangan makin terpuruk akibat pembatasan makin meluas dan permintaan kian anjlok akibat pandemi COVID-19. Namun, sektor itu bukan satu-satunya yang terpuruk.

Disney mengatakan akan memberhentikan 28.000 orang di AS karena pandemi terus melanda bisnis taman dan resornya. Produsen minyak, Shell mengatakan akan memangkas hingga 9.000 pekerja.

Bahkan, bank besar di AS Goldman Sachs melanjutkan PHK, yang sebelumnya dihentikan sementara. Bank investasi itu berencana merumahkan sekitar 400 posisi, atau kurang dari 1% dari tenaga kerjanya.

Saat ini kuartal-III 2020 telah berakhir. Dalam tiga bulan terakhir saham AS mengalami kenaikan besar-besaran, meskipun sempat goyah pada awal September.

S&P 500 naik 8,5% pada kuartal-III setelah rally hampir 20% antara April dan Juni. Artinya telah kembali ke wilayah positif setelah awal tahun yang suram, naik 4,1% dari Januari.

Nasdaq Composite memiliki kinerja yang lebih kuat, mendorong 11% lebih tinggi. Dow Jones Industrial Average naik lebih diam 7,6% selama periode tersebut.

"Terlepas dari kinerja yang buruk pada bulan September, Q3 secara keseluruhan merupakan kuartal yang layak karena ekonomi terus pulih dari posisi terendah pasca-lockdown," kata ahli strategi Deutsche Bank.

Deutsche Bank mengungkap 28 dari 38 aset non-mata uang bergerak lebih tinggi antara Juli dan September. Sedangkan, harga perak meroket 28% karena investor banyak menyimpan uang di logam mulia, yang dianggap dapat melindungi nilai di saat ketidakpastian pandemi COVID-19. Selanjutnya, emas naik hampir 6%.

Euro juga menunjukkan kinerja yang kuat, terapresiasi 4,3% terhadap dolar AS. Menurut Deutsche Bank itu adalah kuartal terbaik untuk euro dalam lebih dari tiga tahun. Kini yang masih lembah yakni harga minyak. Minyak mentah naik hanya 2,5% kuartal lalu, sementara harga minyak AS turun hampir 1%.

Klaim pengangguran AS awal pekan lalu yang tercatat oleh surveri Refinitiv diperkirakan ada 850 ribu klaim lagi.


Hide Ads