Dilema Jokowi Jinakkan Pandemi: Rakyat Sehat atau Selamatkan Ekonomi?

Dilema Jokowi Jinakkan Pandemi: Rakyat Sehat atau Selamatkan Ekonomi?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Senin, 05 Okt 2020 08:00 WIB
Layar memperlihatkan Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato yang telah direkam sebelumnya pada Sidang Majelis Umum ke-75 PBB secara virtual di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, Rabu (23/9/2020). Dalam pidatonya Presiden Joko Widodo mengajak pemimpin dunia untuk bersatu dan bekerja sama dalam menghadapi pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/HO/Kemenlu/wpa/aww.
Presiden Joko Widodo (Jokowi)/Foto: ANTARA FOTO/KEMENLU
Jakarta -

Pemerintah menyatakan masih banyak tantangan dalam penanganan pandemi virus Corona. Namun, tidak sedikit yang telah dilakukan.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan, strategi pemerintah sejak awal adalah mencari titik keseimbangan dalam menghadapi pandemi Corona.

"Singkatnya, strategi pemerintah sejak awal adalah mencari titik keseimbangan. Sekali lagi, mencari titik keseimbangan," kata Jokowi melalui akun Instragramnya, Minggu (4/10/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jokowi menegaskan, kesehatan masyarakat dan publik tetap nomor satu. Meski prioritas, ia bilang bukan berarti mengorbankan aspek ekonomi. Ia mengatakan, jika mengorbankan ekonomi sama saja mengorbankan kehidupan puluhan juta orang.

"Saya tegaskan kembali bahwa kesehatan masyarakat, kesehatan publik tetap nomor satu, tetap yang harus diutamakan. Inilah prioritas, tetapi memprioritaskan kesehatan bukan berarti mengorbankan ekonomi," katanya.

ADVERTISEMENT

"Karena jika kita mengorbankan ekonomi itu sama saja dengan mengorbankan kehidupan puluhan juta orang," sambungnya.

Jokowi menegaskan, kesehatan dan ekonomi bukanlah opsi namun sesuatu yang harus dicari titik keseimbangannya.

"Oleh sebab itu, saya dan seluruh jajaran pemerintah selalu berupaya mencari keseimbangan itu. Tidak perlu sok-sokan, akan me-lockdown provinsi, me-lockdown kota, atau me-lockdown kabupaten, karena akan mengorbankan kehidupan masyarakat, tapi kita tetap serius mencegah penyebaran wabah supaya tidak meluas," paparnya.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Ekonomi RI Turun, tapi...

Jokowi mengatakan, ekonomi Indonesia memang mengalami penurunan. Meski demikian, Jokowi bilang banyak negara lain yang harus memikul beban ekonomi lebih parah.

"Dalam hal ekonomi, pencapaian kita juga tidak jelek-jelek amat. Ekonomi kita menurun, ya betul, itu fakta.Tapi, mana ada negara yang tidak menurun ekonominya?" kata Jokowi.

"Bahkan ada banyak negara lain yang harus memikul beban ekonomi yang jauh lebih parah," sambungnya.

Jokowi mengatakan, jika dibandingkan beberapa negara Asia Tenggara lain, ekonomi Indonesia masih lebih baik. Kembali, Jokowi menekankan, itu adalah fakta.

Berdasarkan data yang ia tampilkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 minus 5,3%. Sementara, pertumbuhan ekonomi Malaysia minus 17,1%, Filipina minus 16,5%, Singapura minus 13,2%, dan Thailand minus 12,2%.

"Dibandingkan dengan beberapa negara Asia Tenggara lain misalnya, kinerja ekonomi kita masih lebih baik. Sekali lagi ini fakta," ungkap Jokowi.

Pandemi COVID-19 telah berjalan selama tujuh bulan dan banyak hal yang bisa dipelajari. Dari situ, Jokowi menilai, pembatasan sosial harus disesuaikan menjadi pembatasan sosial skala mikro atau mini lockdown.

Menurut Jokowi, penanganan pandemi harus lebih terarah, spesifik dan fokus. Namun, tidak membunuh ekonomi.

"Setelah tujuh bulan banyak bisa kita pelajari dari wabah ini. Misalnya pembatasan sosial, saya kira harus kita sesuaikan, untuk itu saya menekankan pentingnya pembatasan sosial skala mikro, atau mini lockdown," katanya.

"Kita buat lebih terarah, spesifik, fokus, tajam untuk mengatasi masalah COVID tapi tidak membunuh ekonomi dan kehidupan masyarakat, ini yang harus kita lakukan," sambungnya.

Menurut Jokowi, penyesuaian kebijakan itu bukan berarti pemerintah tidak konsisten atau 'mencla-mencle'. Sebab, di seluruh dunia, belum ada negara yang berani mengklaim menemukan solusi yang terbaik.

"Penyesuaian kebijakan itu jangan dianggap pemerintah mencla-mencle. COVID ini masalah baru, seluruh dunia juga sama, belum ada negara yang berani mengklaim sudah menemukan solusi yang terbaik," kata Jokowi.

Lanjutnya, tiap-tiap negara berbeda masalahnya. Sehingga, cara untuk menanganinya pun juga berbeda.

"Jadi kita pun harus terus menyesuaikan diri, mencari cara terbaik yang paling cocok dengan situasi kita," ungkapnya


Hide Ads