Jokowi Geram Perintahnya Mandek di Lapangan

Jokowi Geram Perintahnya Mandek di Lapangan

Danang Sugianto - detikFinance
Rabu, 07 Okt 2020 07:30 WIB
Layar memperlihatkan Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato yang telah direkam sebelumnya  pada Sidang Majelis Umum ke-75 PBB secara virtual di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, Rabu (23/9/2020). Dalam pidatonya Presiden Joko Widodo mengajak pemimpin dunia untuk bersatu dan bekerja sama dalam menghadapi pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/HO/Kemenlu/wpa/aww.
Presiden Joko Widodo (Jokowi)/Foto: ANTARA FOTO/KEMENLU
Jakarta -

Lagi-lagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dibuat kesal para menterinya. Kali ini dia kecewa karena perintahnya bertahun-tahun tak dijalankan.

Jokowi mengatakan hal itu saat membuka rapat terbatas pagi tadi dengan topik 'Korporasi Petani dan Nelayan dalam Mewujudkan Transformasi Ekonomi'.

Jokowi merasa geram, perintahnya sudah bertahun-tahun tidak dijalankan. Perintah yang dimaksud adalah membentuk korporasi petani dengan mencontoh negara lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pembentukan korporasi petani kembali dibawa ke rapat terbatas hari ini untuk menjadi bahan pembahasan.

"Sebetulnya kita sudah sering membicarakan mengenai ini yaitu mengkorporasikan petani dan nelayan dalam tujuan meningkatkan taraf hidup mereka dan juga sekarang tentu saja dalam mewujudkan transformasi ekonomi," ucapnya saat membuka rapat terbatas secara virtual, Selasa (6/10/2020).

ADVERTISEMENT

Jokowi menerangkan, sektor pertanian sebenarnya memiliki kekuatan ekonomi tersendiri. Bahkan di tengah pandemi, sektor pertanian masih tumbuh positif 16,24% di kuartal II-2020. Jika momentum itu dimanfaatkan bisa memberikan dampak yang signifikan untuk kesejahteraan petani dan nelayan.

Jokowi menilai saat ini memang sudah terbentuk kelompok-kelompok nelayan dan petani. Namun menurutnya implementasi model korporasi belum terbentuk. Belum ada ekosistem yang dihubungkan dengan korporasi besar ataupun BUMN.

Peran BUMN menurutnya harus menjadi pendamping, bukan hanya sekadar penerima hasil tani atau off taker. Jokowi menegaskan dirinya sudah menyampaikan hal itu beberapa tahun yang lalu, agar mencontoh model korporasi petani seperti itu dari negara lain. Saat itu lah Jokowi mengutarakan kekecewaannya.

"Ini yang belum. Saya sudah perintahkan sebetulnya beberapa tahun lalu untuk melihat Felda di Malaysia, untuk melihat koperasi sapi di Spanyol. Model-model yang bagus seperti itu sebenarnya gampang kita tiru tapi saya tidak tahu sampai sekarang tidak bisa kita bangun 1 atau 2 contohnya," serunya.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pun buka suara. Menurutnya, pihaknya telah senantiasa melakukan transformasi ekonomi di sektor pertanian, dengan mendorong birokrasi yang selama ini belum mendukung lompatan nilai dalam mensejahterakan petani dan nelayan, beralih fokus kepada korporasi petani maupun nelayan.

"Bapak Presiden menyampaikan bahwa yang ingin dibangun adalah budaya korporasi, yaitu pola pikir di mana standar korporasi ini dipakai oleh pemerintah. Kalau di swasta bisa maka pemerintah juga harus bisa membimbing petani dan nelayan untuk melakukan itu," ujar Airlangga usai menghadiri Rapat Terbatas Korporasi Petani dan Nelayan dalam Mewujudkan Transformasi Ekonomi, Selasa (6/10/2020).

Airlangga memaparkan korporasi petani seperti apa yang ingin diwujudkan. Nantinya petani dan nelayan didorong untuk berkelompok dalam jumlah yang besar.

Tujuannya, agar mempunyai skala ekonomi yang lebih efisien serta mempermudah petani dan nelayan mengakses pembiayaan teknologi. Hal ini juga dapat membantu menyambung petani dan nelayan ke konsumen.

Dalam hal ini, pemerintah akan berperan mendorong proyek-proyek percontohan dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) agar dalam pengembangan skala ekonomi yang lebih luas petani mampu membeli teknologi.

"Bisa juga dibuatkan ekosistem petani dan nelayan dan disambungkan kepada perusahaan-perusahaan teknologi seperti Sayurbox atau Tanihub," paparnya.


Hide Ads