Neraca Dagang RI Surplus 5 Kali Berturut-turut, Ini Penyebabnya

Neraca Dagang RI Surplus 5 Kali Berturut-turut, Ini Penyebabnya

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Jumat, 23 Okt 2020 08:26 WIB
Setelah beberapa bulan mengalami defisit alias tekor, pada Mei 2019 posisi neraca perdagangan berbalik menjadi surplus.
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal mengapresiasi sejumlah menteri di bidang ekonomi karena surplus neraca dagang Indonesia yang mencapai US$ 2,44 miliar di September 2020. Neraca dagang Indonesia tercatat surplus 5 kali berturut-turut. Salah satu yang mendapat apresiasi adalah Menteri Perdagangan Agus Suparmanto.

"Ini sebuah prestasi, kalau saya lihat Pak Agus Suparmanto penyebutannya jarang di media tapi kerjanya bagus. No talk, action only," kata Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal di Jakarta, Jumat (23/10/2020).

Menurut dia, surplusnya neraca dagang Indonesia karena ada peningkatan kinerja perdagangan, dan hal ini bisa menjadi sinyal pulihnya perekonomian nasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selian itu, kinerja Menteri Keuangan Srimuyani Indrawati dan Menteri Perindustrian juga layak mendapat apresiasi. Dimana Srimulyani secara cepat mengeluarkan kebijakan fiskal di tengah pandemi COVID-19.

"Srimulyani Karena cepat responnya terhadap fiskal, stimulus meskipun PR-nya pencairannya. Agus Gumiwang mampu menjaga PMI (Purchasing Managers' Index Indonesia)," kata dia.

ADVERTISEMENT

Menurut dia, peningkatan surplus perdagangan yang disebabkan surplus nonmigas menjadi US$ 2,91 miliar bukan tiba-tiba saja. Melainkan hasil dari kinerja menteri-menteri ekonomi Jokowi.

Dimana secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia pada Januari-September 2020 tercatat surplus US$ 13,51 miliar. Surplus tersebut bahkan telah melampaui surplus neraca perdagangan tahun 2017 yang mencapai USD 11,84 miliar, yang merupakan nilai surplus tertinggi dalam lima tahun terakhir (2015-2019).

"Kalau dibilang prestasi ini adalah prestasi utama dari pemerintahan Jokowi karena neraca dagang surplus. mungkin ada peran pandemi untuk tren impor yang melemah, tetapi kalau kita lihat tren impor bahan baku dan barang modal secara bulanan menunjukkan tanda-tanda perbaikan," kata dia.

Kemudian, dari sisi ekspor Indonesia yang mencapai US$ 14,0 miliar ini terjadi karena solidnya kenaikan indeks manajer pembelian (Purchasing Managers Index/ PMI) Indonesia. Sempat anjlok di bulan April (27), tetapi rebound dengan solid hingga September.

"Kenaikan secara gradual di PMI ini turut meningkatkan kinerja perdagangan, karena kalau perdagangan ekspor itu kita sebenarnya berbicara dari industri karena ekspor itu surplus dari industri," kata dia. Kenaikan PMI ini adalah buah dari intervensi non fiskal berupa relaksasi impor bahan baku dan barang modal yang dilakukan oleh kementerian perdagangan sejak April lalu.

Peningkatan kinerja ekspor Indonesia pada September 2020 sebesar 7 persen dibandingkan bulan sebelumnya (MoM) ini didorong adanya kenaikan ekspor migas (17,4 persen MoM) maupun nonmigas (6,5 persen MoM).

Sementara Impor Bahan Baku dan Penolong pada September 2020 Meningkat Sementara itu, impor bulan September 2020 tercatat sebesar USD 11,6 miliar atau naik 7,7% dibandingkan Agustus 2020.

Perbaikan kinerja ekspor bulanan Indonesia sejak Juni hingga September 2020 sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian global. Sebagai contoh, Singapura yang merupakan hub perdagangan bagi Indonesia di pasar global mengalami pertumbuhan yang lebih baik di triwulan III 2020 dibandingkan triwulan sebelumnya, meskipun masih tumbuh negatif.

Membaiknya perekonomian global juga tercermin pada proyeksi IMF pada World Economic Outlook yang dirilis pada Oktober 2020, yang merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi global tahun 2020 dari sebelumnya -4,9% jadi -4,4%. Faktor yang mendorong mulai membaiknya perekonomian global, antara lain adalah mulai diakhirinya karantina wilayah (lockdown) ataupun diterapkannya lockdown parsial, serta pemulihan ekonomi RRT yang lebih cepat dari ekspektasi sebelumnya.


Hide Ads