PHK hingga Gelombang Tutup Toko Hantui Bisnis Ritel

PHK hingga Gelombang Tutup Toko Hantui Bisnis Ritel

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 26 Okt 2020 07:30 WIB
Ilustrasi PHK
Foto: Ilustrasi PHK (Tim Infografis: Zaki Alfarabi)

Budihardjo mengatakan saat ini kerugian memang menghantui para peritel. Salah satunya karena pembatasan operasional yang masih dilakukan.

"Jadi begini, kita kan terdampak dari pelarangan-pelarangan dan pembatasan nih. Kalau satu bisnis logikanya dibatasi 50% kapasitasnya, pendapatannya ya jelas akan drop. Banyak bahkan omzetnya di bawah 50% dari waktu normal, restoran cuma 20% omzetnya, toko fesyen cuma 30%," kata Budihardjo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan dia mengungkapkan kondisi seperti ini belum akan mengalami pemulihan hingga akhir tahun. Menurutnya pun kondisi ini bisa terjadi hingga tahun depan.

"Sejak bulan Maret ini belum ada pemulihan. Ritel kita shocked kena pandemi dan belum bisa gambaran pemulihan tahun ini, bahkan bisa berlanjut tahun depan," kata Budihardjo.

ADVERTISEMENT

Bila bicara kerugian secara umum, menurutnya industri ritel bisa rugi hingga Rp 250 triliun tahun ini.

"Kalau semua ritel ya, itu bisa kira-kira Rp 400-500 triliun pendapatannya, kalau dropnya 50%, logikanya karena pembatasan, ya kerugiannya bisa Rp 200-250 triliun lebih kerugiannya," papar Budihardjo.

Di sisi lain, peneliti ekonomi Indef Bhima Yudhistira mengungkapkan kerugian yang dialami sektor ritel terjadi karena kurangnya konsumsi masyarakat. Pasalnya, kelas menengah dan atas menahan uangnya untuk berbelanja.

Padahal dua kelas tersebut menguasai 83% total pengeluaran belanja secara nasional. Saat ini kelompok tersebut memilih menahan uangnya di tabungan daripada berbelanja.

"Ini terjadi karena kelas menengah dan atas yang menguasai 83% total pengeluaran secara nasional menunda belanja. Mereka lebih memilih saving atau menabung di bank, upaya yang rasional dari kelompok menengah atas, karena resiko berbelanja di keramaian misalnya bisa tertular virus COVID-19," kata Bhima kepada detikcom.


(eds/eds)

Hide Ads