Hal senada juga diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Institute Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad. Pihaknya memprediksi ekonomi kuartal IV minus 2-3%.
"Harapan membaik, tapi saya harus buka data lagi, angka (prediksi) kita memang masih sekitar angka minus 3% pada triwulan IV, 2% sampai 3% minus," sebutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada tiga faktor yang membuat ekonomi Indonesia diprediksi kuat masih minus di kuartal akhir 2020. Pertama karena kasus COVID-19 belum turun signifikan, masih naik dan turun.
Faktor kedua karena program bantuan sosial (bansos) jumlahnya tidak signifikan membantu atau memulihkan daya beli masyarakat yang tergerus di saat pandemi.
"Rata-rata katakanlah (nilai bansos) Rp 600 ribu. Kalau pengeluaran mereka katakanlah Rp 2,5 juta per keluarga, (Rp 600 ribu) itu paling sekitar 20an% lah, nggak cukup. Sementara mereka kehilangan pendapatannya jauh lebih besar dari bantuan yang diberikan oleh pemerintah sehingga tidak cukup mampu mengurangi kehilangan tersebut," paparnya.
"Yang ketiga UMKM. UMKM kan sudah dibantu (oleh pemerintah) dan sebagainya tapi kan demand (permintaan) masyarakat masih belum pulih untuk kebutuhan barang dan jasa," tambahnya.
(toy/ara)