Sekarang Resesi, Pemerintah Pede Tahun Depan Ekonomi Tumbuh 5%

Sekarang Resesi, Pemerintah Pede Tahun Depan Ekonomi Tumbuh 5%

Anisa Indraini - detikFinance
Jumat, 06 Nov 2020 07:00 WIB
resesi ekonomi
Foto: Luthfy Syahban/Tim Infografis
Jakarta -

Ekonomi Indonesia resmi masuk jurang resesi akibat dampak pandemi virus Corona (COVID-19). Ekonomi kuartal III-2020 terkontraksi -3,49% dibandingkan periode yang sama 2019, setelah sebelumnya di kuartal II-2020 juga -5,32%.

Meski begitu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa yakin ekonomi Indonesia terus pulih hingga 2021 dan akan tumbuh di kisaran 5%.

"Pertumbuhan saya kira kami tetap punya optimisme, tetap punya angka sekitar 5% (pertumbuhan ekonomi 2021). Mudah-mudahan kita bisa capai dengan berbagai alasan," kata Suharso dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (5/11/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia berharap tren positif terhadap pertumbuhan ekonomi terus berlanjut di 2021. Berbagai program juga telah disiapkan untuk kelanjutan pemulihan ekonomi nasional (PEN) melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021.

"Tahun 2021 mudah-mudahan tren ini akan berlanjut karena kita juga telah mengantisipasi perkembangan pada 2021 di dalam APBN. Bahkan kita menghendaki semua yang bisa kita luncurkan pada 2021 bisa kita selesaikan seluruhnya, yaitu pada proses administrasinya pada November-Desember ini. Sehingga dengan demikian belanja pemerintah akan menjadi prime mover, menjadi lokomotif dan dengan demikian akan mengangkat konsumsi masyarakat," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Ekonomi Indonesia yang terkontraksi -3,49% di kuartal III-2020 dinilai harus disyukuri. Kenapa? Klik halaman selanjutnya.

Suharso menyebut ekonomi kuartal III-2020 yang terkontraksi -3,49% harus disyukuri. Pasalnya, kontraksi ekonomi kuartal III-2020 telah mengalami perbaikan jika dibandingkan kuartal II-2020. Kemudian secara kuartalan, ekonomi Indonesia mulai tumbuh 5,05%.

"Satu hal yang mesti kita syukuri bahwa ada kemajuan, ada kenaikan, ada hal yang positif dan optimisme kita tentu harus terbangun. Satu hal yang saya ingin sampaikan setidak-tidaknya dengan adanya kenaikan Q ke Q (kuartal ke kuartal) sekitar 5% menunjukkan bahwa proses adaptasi dari ekonomi Indonesia dalam keadaan pandemi ini baik," ucapnya.

Kontraksi yang dialami Indonesia juga disebut tidak separah negara ASEAN lainnya. Hal itu berkat kebijakan pemerintah yang dilakukan selama ini dinilai menunjukkan respons positif.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membeberkan bukti bahwa ekonomi sudah mulai pulih dari pandemi COVID-19. Hal itu terlihat dari beberapa indikator seperti konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,7% di kuartal III-2020 jika dibandingkan kuartal II-2020 (quarter to quarter/QtQ), lalu konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh 0,56% secara QtQ, dan konsumsi pemerintah tumbuh 16,93% QtQ.

"Kita melihat bahwa sektoral mulai dari pertanian, pertambangan, itu QtQ, kemudian industri pengolahan juga naik 5,25%. Kemudian pengadaan kegiatan berbasis recycle juga naik 8,3%. Kemudian di sektor warehousing itu melonjaknya tinggi, itu menunjukkan konsumsi sudah mulai membaik yaitu 24,28%. Demikian juga sektor yang terkena dampak besar, yang di kuartal II-2020 negatif yaitu akomodasi makanan dan minuman yang minus 22%, ini meloncat ke 14,79%," papar dia.

Meski begitu, dia mengakui indikator-indikator di atas masih berada di zona merah jika dibandingkan dengan kuartal III-2019 atau secara year on year (YoY). Berdasarkan data yang disampaikannya, konsumsi rumah tangga di kuartal III-2020 masih minus 4,04% (YoY), konsumsi LNPRT minus 2,12% (YoY). Sementara, konsumsi pemerintah tumbuh 9,76% (YoY).

Begitu juga dengan data ekspor di kuartal III-2020 yang masih minus 10,28% (YoY), namun positif 12,14% (QtQ). Sementara, impor masih mengalami kontraksi yakni minus 21,86% (YoY), dan minus 0,085 (QtQ).


Hide Ads