Kemesraan RI-Prancis Sebelum Ramai Seruan Boikot

Kemesraan RI-Prancis Sebelum Ramai Seruan Boikot

Soraya Novika - detikFinance
Minggu, 08 Nov 2020 21:15 WIB
Massa PA 212 menggelar aksi di Kedubes Prancis di Jakarta, Senin (2/11). Mereka membawa beragam poster kecama untuk Presiden Prancis, Emmanuel Macron.
Foto: Rengga Sancaya

Ketergantungan Hubungan Ekonomi RI-Prancis

Ekspor dan impor Indonesia dengan Prancis selama 5 tahun berturut-turut dari 2012-2017 terus mengalami penurunan atau defisit neraca perdagangan. Awalnya mencapai US$ 1,1 juta di 2012 menjadi US$ 899,9 ribu di 2017. Demikian pula dengan nilai impor keduanya terus merosot dari US$ 1,9 juta di 2012 menjadi US$ 418,5 ribu di 2017. Sehingga di tahun 2017 tercatat defisit ekspor impor RI-Prancis mencapai sebesar minus US$ 183 ribu.

Untuk komoditasnya, ekspor utama Indonesia ke Prancis adalah mesin dan alat listrik, minyak dan lemak, sepatu, karet dan produk karet, kopi, teh dan bumbu, furnitur, produk pakaian dan aksesoris, minyak esensial, alat musik, serta produk perikanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara impor Indonesia dari Prancis utamanya adalah mesin, produk susu, mobil, pesawat terbang dan komponen spare parts, obat-obatan, mesin elektrik dan komponen, bahan kimia organik, ekstrak resinoid untuk parfum dan kosmetik, pakan ternak, optik, plastik dan produk plastik, kimia, serat kayu (pulp wood), dan makanan olahan.

Dari segi investasi, modal Prancis yang di luar negeri ada di kisaran 37,49 miliar Euro untuk industri-industri diantaranya: pengolahan makanan, pertambangan, perminyakan (petroleum), mesin dan peralatan, barang manufaktur, pertanian, dan transportasi.

ADVERTISEMENT

Dengan negara-negara utama tujuan investasi: Inggris, Italia, Irlandia, Amerika Serikat, Swedia, Singapura, Polandia, Nigeria, Hungari, UAE, Bermuda, dan Kongo. Artinya Indonesia belum termasuk negara tujuan utama investasi Prancis.

Meski bukan negara tujuan utama, Prancis cukup aktif berinvestasi di Indonesia. Menurut rilis Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), terjadi peningkatan unit proyek (investasi) dari tahun 2000 yang sebanyak 27 unit ke tahun 2016 menjadi 426 unit.

Nilai investasinya pun turut melonjak setiap tahunnya dari US$ 64,7 juta pada tahun 2000 menjadi US$ 109 juta pada 2016.

Selain itu, Prancis juga masuk dalam 10 besar negara pemberi utang terbanyak ke Indonesia. Menurut data Bank Indonesia, total utang Indonesia ke Prancis mencapai US$ 3,033 miliar. Angka itu terdiri dari utang pemerintah sebesar US$ 2,443 miliar dan US$ 590 juta sisanya merupakan utang swasta.

Dari data-data di atas tampaknya Indonesia cukup bergantung dengan ekonomi Prancis. Ditambah lagi ada banyak pekerja yang bekerja pada merek dagang Prancis yang berdiri di sini.

Berikut daftar produk Prancis yang berdiri di Indonesia:

-Produk Prancis Fesyen

Chanel, Hermès, Louis Vuitton, Yves Saint Laurent, Lacoste, dan Pierre Cardin.

- Produk Prancis Kosmetik

L'Oreal dan Garnier.

- Produk Prancis Makanan dan Minuman

Danone dan Kraaft.

- Produk Prancis Otomotif dan Energi

Renault, Peugeot, Michelin, Total, dan Elf.

- Penginapan

Accor (Ibis, Fairmont, Pullman, Novotel, Raffles, dan Mercure).


(dna/dna)

Hide Ads