Petani di Tegal Masih Sulit Pasarkan Hasil Panen, Kok Bisa?

Petani di Tegal Masih Sulit Pasarkan Hasil Panen, Kok Bisa?

Imam Suripto - detikFinance
Senin, 09 Nov 2020 19:50 WIB
Panen Semangka di Kabupaten Tegal
Foto: Imam Suripto/detikcom: Panen Semangka di Kabupaten Tegal
Tegal -

Sebagai daerah agraris, Kabupaten Tegal merupakan daerah yang memproduksi berbagai macam komoditas hasil pertanian. Selain padi, ada pula tanaman hortikultura yang tersebar di berbagai wilayah. Namun sayang, para petani di Tegal masih kesulitan dalam memasarkan hasil panen.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tegal, Toto Subandriyo kepada wertawan, Senin (9/11/2020) siang menjelaskan, hasil pertanian selama ini cukup melimpah. Tidak hanya padi, tapi juga tanaman hortikultura.

Saat acara panen semangka di Desa Kabunan Kecamatan Dukuh Waru mengatakan, untuk padi dengan luasan lahan 38 ribu hektar bisa memproduksi 6,3 ton gabah kering giling per hektarnya. Artinya, kata Toto, hasil tersebut di atas rata rata yakni 6 ton per hektar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hasil utamanya adalah padi dan lumayan di atas rata rata. Kami bisa memproduksi 6,3 ton per hektarnya. Khusus padi, untuk pemasarannya selama ini tidak ada masalah," tuturnya.

Namun sayang, tidak semua petani di Tegal bernasib baik seperti petani padi, terutama adalah petani hortikultura. Di Tegal komoditas hortikultura cukup melimpah, hanya saja mereka masih terkendala dalam pemasaran hasil panen.

ADVERTISEMENT

Komoditas hortikultura yang ada di Tegal antara lain bawang putih, aneka sayuran dan buah buahan. Para petani ini, kata Toto masih belum bisa memasarkan hasil panen secara maksimal.

"Petani hortikultura di sini memproduksi bawang putih dan sayur mayur seperti di kawasan Guci. Kemudian di dataran rendah ada buah buahan seperti semangka melon dan buah buahan lain. Hasilnya dalam catatan kami (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan) cukup melimpah. Hanya saja mereka belum bisa memasarkan secara maksimal," ungkapnya.

Dia mencontohkan, bawang putih produksi Tegal memiliki ciri khas aroma lebih wangi dibanding bawang putih dari daerah lain. Namun setelah masuknnya bawang putih impor, komoditas asal Tegal ini tersingkir dan kesulitan menjual hasil panen.

"Setelah ada impor bawang asal China, komoditas asal Tegal ini mulai tersingkir. Pasar lebih memilih produk impor yang ukurannya lebih besar dan harganya lebih murah. Kesulitan pemasaran ini juga berlaku bago komoditas lain, baik buah maupun sayur mayur," tandas Toto menambahkan.

Langsung klik halaman selanjutnya

Menanggapi keluhan pemasaran ini, Ketua Bidang Kerjasama Luar Negeri DPP HKTI, Dewi Aryani menjelaskan, problem pemasarani bisa jadi akibat petani belum memahani teknologi dalam bertani sehingga menghasilkan panen yang tidak maksimal. Petani di Tegal, kata Dewi Aryani kurang memahami cara mengurus tanaman secara benar agar hasilnya maksimal.

"Selama ini kan petani hanya menanam terus menunggu sampai panen. Padahal ada teknik agar tanaman bisa berbuah besar, seperti pemupukan dan teknik lain," bebernya.

Selain itu, perlu dibuat klaster-klaster tanaman sesuai dengan kondisi tanah. Dia mencontohkan, dataran tinggi dijadikan klaster tanaman sayur mayur, dataran rendah klaster buah buahan. Dengan klaster itu, kata pengurus DPP HKTI, tanaman akan tumbuh sesuai kondisi alamnya.

Terkait soal pemasaran, Dewi menambahkan, pengurus HKTI ini telah membuat jaringan pemasaran untuk menyerap hasil panen petani. Tidak hanya di Indonesia, HKTI juga tengah mengupayakan pasaran luar negeri.

"HKTI telah membangun jaringan pemasaran. Diharapkan ini akan menjawab keluhan petani dalam hal pemasaran. Dalam waktu dekat, kami akan memasarkan hasil holtikultura untuk dikirim ke kota kota besar di Indonesia. Bahkan yang sedang kami rintis sekarang hasil panen ini akan kami ekspor ke luar negeri," pungkasnya.


Hide Ads