Menanggapi keluhan pemasaran ini, Ketua Bidang Kerjasama Luar Negeri DPP HKTI, Dewi Aryani menjelaskan, problem pemasarani bisa jadi akibat petani belum memahani teknologi dalam bertani sehingga menghasilkan panen yang tidak maksimal. Petani di Tegal, kata Dewi Aryani kurang memahami cara mengurus tanaman secara benar agar hasilnya maksimal.
"Selama ini kan petani hanya menanam terus menunggu sampai panen. Padahal ada teknik agar tanaman bisa berbuah besar, seperti pemupukan dan teknik lain," bebernya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, perlu dibuat klaster-klaster tanaman sesuai dengan kondisi tanah. Dia mencontohkan, dataran tinggi dijadikan klaster tanaman sayur mayur, dataran rendah klaster buah buahan. Dengan klaster itu, kata pengurus DPP HKTI, tanaman akan tumbuh sesuai kondisi alamnya.
Terkait soal pemasaran, Dewi menambahkan, pengurus HKTI ini telah membuat jaringan pemasaran untuk menyerap hasil panen petani. Tidak hanya di Indonesia, HKTI juga tengah mengupayakan pasaran luar negeri.
"HKTI telah membangun jaringan pemasaran. Diharapkan ini akan menjawab keluhan petani dalam hal pemasaran. Dalam waktu dekat, kami akan memasarkan hasil holtikultura untuk dikirim ke kota kota besar di Indonesia. Bahkan yang sedang kami rintis sekarang hasil panen ini akan kami ekspor ke luar negeri," pungkasnya.
(hns/hns)