Gelaran West Java Investment Summit (WSIJ) 2020 memasuki hari kedua di Hotel Savoy Homann, Kota Bandung pada Selasa (17/11/2020). Dalam ajang itu, tak hanya investasi yang nilainya fantastis atau mencapai triliunan rupiah, tetapi juga ada investasi 'kelas teri', yang bergerak di angka ratusan juta Rupiah.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DMPTSP) Jabar Noneng Komara mengatakan, ada sekitar 70 lebih potensi pariwisata di Jabar yang perlu dikembangkan lebih lanjut. "Di luar ada 70 titik pariwisata dan beberapa proyek di luar pariwisata yang masih potensi (investasi), tapi tidak selengkap dan sedalam yang masuk ke dalam proyek yang ready to offer," kata Noneng di Savoy Homann, Selasa (17/11).
"Kita hanya mempromosikannya, untuk memberitahulah, untuk menawarkan sampai ke dalam memang hanya ready to offer saja. Jadi 70 titik pariwisata itu potensi untuk investasi, tapi mungkin kita akan support dalam setahun ini paling tidak mereka membuat gambar, desain, FS dan sebagainya agar proyek tersebut matang dan siap ditawarkan, memang tidak besar-besar (nilainya). Kenapa kita highlight ke trading dan tourism sebetulnya kita push ke PMDN dan UMKM," ujar Noneng menambahkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Noneng mengatakan, dalam WSIJ ini Pemprov Jabar juga mengundang para investor lokal berpartisipasi dalam menggerakkan roda ekonomi daerah. "Tidak harus memikirkan pariwisata itu membikin seperti Disney Land misalnya, seperti yang pak gubernur katakan misal di atas bukit membuat panggung untuk selfie saja, itu sudah jadi bagian dari pariwisata," kata Noneng.
Untuk tahapan perizinan bagi investor "receh", Noneng mengatakan dengan hadirnya Omnibus Law UU Cipta Kerja perizinan usaha yang tadinya harus melalui sembilan tahapan, menjadi dipangkas menjadi empat tahapan.
Yang untuk investasi ini mudah-mudahan segera juklak juknis segera, sehingga kita di daerah paralel dengan PP supaya tidak ada kekosongan regulasi, jadi bisa pakai Perda lah, Pergub lah, yang ini sifatnya masih potensi ya," katanya.
"Kalau investor yang serius itu menanyakan berapa berapa saya harus mengeluarkan uang, tingkat pengembaliannya, dan yang lainnnya," imbuhnya.
Meski demikian, Noneng menegaskan, proyek-proyek yang berasal dari kabupaten tersebut belum bisa disebut ready to offer karena masih memerlukan kajian mendalam.
"Kita dorong, karena investor menanyakan di mana lahannya, berapa yang harus saya keluarkan, berapa IRN-nya. Jadi misal saya perlihatkan gambar danau, investor bilangnya ya sudah nanti saja," ucapnya.
Langsung klik halaman selanjutnya