3 Saran Bank Dunia ke RI Atasi Orang Miskin Tak Bisa Beli Makanan Pokok

3 Saran Bank Dunia ke RI Atasi Orang Miskin Tak Bisa Beli Makanan Pokok

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 17 Des 2020 12:02 WIB
Pedagang menanta barang dagangan bahan makanan di Pasar Senen, Jakarta, Senin (1/7/2013). Badan Pusat Statistik mencatat bahan makanan menyumbang inflasi yang terjadi sebesar 1,17 % pada juni 2013. file/detikfoto
Foto: Agung Pambudhy

Terakhir terkait daya saing dengan beralih dari melindungi pasar domestik dengan pembatasan impor. Sehingga lebih mendukung peningkatan daya saing pertanian dan membuka pasar ekspor yang luas bagi produsen dalam negeri.

Sebelumnya, dalam laporan IEP Desember 2020, Bank Dunia mencatat makanan menyumbang rata-rata pengeluaran rumah tangga seluruh Indonesia mencapai 55,3%. Namun jika dilihat untuk kelompok masyarakat bawah atau miskin harus menghabiskan 64,3% pengeluarannya hanya untuk membeli makanan.

Sementara untuk 20% masyarakat Indonesia yang merupakan masyarakat menengah ke atas menghabiskan 41,9% pengeluarannya untuk membeli makan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang bukan masalah ketersediaan tapi keterjangkauan, Jadi pasokan pangan ini lebih banyak dinikmati oleh yang mampu tapi tidak untuk kelompok miskin," kata Kahkonen.

Perbedaan yang sangat mencolok lainnya adalah pengeluaran untuk pembelian makanan pokok seperti beras. Untuk 20% kelompok masyarakat paling miskin menghabiskan 12,2% pengeluarannya untuk beli beras. Sementara untuk orang kaya hanya 4,1% dari pengeluarannya untuk beli beras.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain ada faktor yang cukup memperberat kondisi. Ternyata harga beras di Indonesia merupakan yang paling mahal dibandingkan dengan negara lain di kawasan.

Jika masalah ini tidak segera ditindaklanjuti, Bank Dunia memperkirakan ada risiko malnutrisi dan kelaparan karena sebagian masyarakat Indonesia semakin tidak mampu untuk membeli makanan yang bergizi.


(das/zlf)

Hide Ads