Masih Jarang Ditekuni, Potensi Bisnis Mebel di Motamasin Menggiurkan

Masih Jarang Ditekuni, Potensi Bisnis Mebel di Motamasin Menggiurkan

Inkana Putri - detikFinance
Selasa, 22 Des 2020 11:32 WIB
Emanuel Benani yang sebelumnya berkebun memberanikan diri beralih profesi menjadi pengusaha mebel. Warga Malaka, NTT, itu memulai bisnisnya dengan modal awal Rp 8 juta.
Foto: Grandyos Zafna
Kobalima, Malaka -

Beda halnya dengan Pulau Jawa, bisnis mebel di Pulau Timor nampaknya masih jarang ditekuni. Seperti halnya di Kabupaten Malaka, wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste.

Kondisi geografis yang mayoritas berupa pegunungan membuat mayoritas masyarakat Malaka lebih berkecimpung dengan usaha pertanian. Selebihnya, masyarakat hanya berdagang, nelayan, dan menenun.

Emanuel Benani (30) menjadi salah satu pengusaha mebel terbesar di area Motamasin. Mengingat di sini baru ada tiga usaha mebel, dan ia menjadi salah satunya. Sebelumnya, Emanuel bercerita dirinya hanya punya usaha kebun. Namun melihat potensi bisnis mebel cukup besar, ia pun banting setir merintis usaha di dunia mebel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awalnya saya seorang tukang kebun sayur, setelah itu saya beralih ke (usaha) mebel. Saya kerja mebel karena saya membaca suatu peluang bahwa di kecamatan saya ini belum ada mebel. Semua orang pada ambil barang-barang mebel itu dari Betun pusat kota," katanya kepada detikcom baru-baru ini.

Dalam menjalani usaha mebel, Emanuel menyebut awalnya ia perlu mengumpulkan modal dahulu dari usaha kebunnya. Dari modal Rp 8 juta yang ia dapatkan, ia gunakan untuk membeli peralatan mebel.

ADVERTISEMENT

"Saya menjalankan bisnis mebel aer sudah jalan 4 tahun. Saya sendiri pun buta namanya mebel. Setelah saya menyediakan bahan dan alat-alat semua, saya mencari tukang. Saya kemudian dapat satu tukang dan mulai kerja dengan modal awalnya Rp 8 juta dari hasil kebun," paparnya.

Melihat bisnis mebelnya menghasilkan cuan, Emanuel pun akhirnya berniat untuk mengembangkan bisnisnya dengan meminjam modal dari BRI. Di tahun 2017, awalnya ia pinjam pertama Rp 25 juta hingga terakhir di tahun 2020 ia menaikkan pinjamannya sebesar Rp 100 juta.

"Tahun 2017 awalnya saya pinjam pertama itu Rp 25 juta dari KUR, lalu dua tahun selesai. Dalam jangka waktu satu tahun saya tendang, saya ambil Rp 100 lalu saya beli mobil seharga Rp 80 juta masih ada Rp 20 juta untuk saya putar," katanya.

Dari modal tersebut, ia bersyukur kini bisnisnya laris manis. Ia mengatakan dari satu kubik kayu jati seharga Rp 2,5 juta, ia bisa meraup untung Rp 3-4 juta.

"Jenis bahannya yang kita gunakan itu jati. Kita beli dari tukang solder, nanti kita olah. Hitungan per kubiknya itu Rp 2,5 juta per kubik. Kalau per kubiknya itu kalau diolah dalam bentuk lemari bisa jadi 7-8 lemari. Jadi untuk satu kubik itu kita bisa untung Rp 3-4 juta," paparnya.

Emanuel Benani yang sebelumnya berkebun memberanikan diri beralih profesi menjadi pengusaha mebel. Warga Malaka, NTT, itu memulai bisnisnya dengan modal awal Rp 8 juta.Emanuel Benani yang sebelumnya berkebun memberanikan diri beralih profesi menjadi pengusaha mebel. Warga Malaka, NTT, itu memulai bisnisnya dengan modal awal Rp 8 juta. Foto: Grandyos Zafna

Setiap harinya, Emanuel bisa menjual 3-4 lemari. Layaknya e-commerce masa kini, Emanuel juga melakukan gratis ongkir buat para pembelinya. Tak heran ia menjadi salah satu usaha mebel yang digemari masyarakat Malaka.

"Biasanya yang banyak pesan dari kabupaten sini saja. Saya hampir 70% itu mengelilingi Malaka karena dengan cara pelayanan saya antar gratis antar sendiri. Karena biasanya di mebel yang lain transportasi kita bayar sendiri kadang Rp 100 ribu, Rp 200 ribu, Rp 300 ribu," katanya.

Dari hasil jualannya setiap hari, Emanuel bisa meraup penghasilan Rp 15 juta per bulan. Bahkan, saat ini ia telah bisa mempekerjakan 9 orang tukang, serta membeli mobil dan motor.

"Penghasilan kita ambil paling bawah per bulan kalau hitung kotor Rp 40 juta per bulan. Tapi kita bagi untuk beli kayu, bahan-bahan, bayar tukang, ya kurang lebih Rp 15 juta per bulan. Dari modal Rp 8 juta dan modal BRI itu kalau kita mau ceritakan saya bekerja selama 4 tahun, saya sudah bisa beli 1 buah mobil, 3 buah motor, beli 5 bidang tanah," paparnya.

Namun di tengah pandemi, dirinya mengaku ada sedikit penurunan omzet. Jika biasanya omzetnya bisa mencapai Rp 40 juta, kini hanya berkisar belasan juta. Namun, berkat bantuan modal BRI dirinya terbantu sehingga usahanya kini masih tetap bisa berputar.

Di ulang tahun yang ke-125 pada tahun ini, BRI hadir di perbatasan dengan tema BRILian memudahkan masyarakat melakukan transaksi perbankan, termasuk bagi masyarakat Kecamatan Kobalima, Kabupaten Malaka. BRI juga menghadirkan KUR hingga menyalurkan BPUM untuk membantu UMKM sekitar.

detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan khususnya di masa pandemi. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus beritanya di tapalbatas.detik.com.




(akn/hns)

Hide Ads