Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo bicara soal impor pangan yang masih dilakukan Indonesia dalam beberapa komoditas. Ia menyebutkan, ada tiga komoditas pangan pokok yang impornya masih cukup besar.
"Memang masih ada yang tersubstitusi dengan impor, antara lain bawang putih, itu kita masih impor, daging sapi, gula pasir. Dan tiga komoditas ini juga aman (stoknya) dengan substitusi impor tadi," kata Syahrul dalam dialog Ketahanan Pangan di Era Pandemi COVID-19 yang disiarkan melalui Youtube Kompas TV, Selasa (22/12/2020).
Ada beberapa alasan mengapa Indonesia masih melakukan impor komoditas pangan pokok tersebut. Khususnya untuk bawang putih, disebabkan kondisi iklim Indonesia yang sulit untuk melakukan produksi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bawang putih itu jenis komoditas di negara subtropis. Oleh karena itu memang kita masih harus kejar lebih kuat," tutur Syahrul.
Selain itu, menurutnya perjanjian perdagangan bilateral juga menyebabkan masih ada kegiatan impor pangan pokok. Ia mencontohkan, misalnya dengan India yang ada semacam 'barter', khususnya pada komoditas daging kerbau dengan kelapa sawit.
"Ini perjanjian-perjanjian bilateral, yang mau atau tidak Indonesia masuk ke perdagangan global. Dalam kesepakatan itu, kita bisa melakukan ekspor, tapi impor juga. Dan itu dibahasnya cukup panjang dalam Ratas (rapat terbatas). Contohnya kita harus bisa menerima daging dari India, tapi India juga penerima sawit kita yang terbesar. Ini proses-proses perdagangan yang normatif," tegas Syahrul.
Namun, Syahrul menegaskan untuk komoditas pangan dasar seperti beras tak bisa disebut sebagai komoditas impor, karena produksi dalam negeri sangatlah besar dan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Pangan dasar terutama beras, saya kira kita tidak bisa melihat bahwa kita lebih banyak impor," ucapnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya.