Pandemi virus Corona (COVID-19) membuat bisnis sektor pariwisata gigit jari di masa libur akhir tahun. Bagaimana tidak, merebaknya virus Corona membuat pemerintah memperketat perjalanan orang yang hendak berlibur. Hal itu membuat kegiatan wisata tak seramai tahun lalu.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menyebut omzet perhotelan pada libur Natal kali ini jeblok 50%.
"Nah, otomatis kalau di-compare (membandingkan Natal 2020 dan 2019) ya minusnya cukup banyak, lebih dari 50%, di atas 50% karena dibandingkan kondisi reguler saja kita masih drop," kata dia saat dihubungi detikcom, kemarin Minggu (27/12/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan pada waktu reguler atau di luar masa liburan, okupansi hotel saja anjlok sekitar 22% dibandingkan kondisi tahun sebelumnya. Sementara jika membandingkan tingkat okupansi di hari Natal, pada tahun ini rata-rata paling mentok hanya 60%, sementara tahun lalu adalah 80%.
Selain dari sisi okupansi, penurunan tajam juga terjadi dari segi rata-rata harga kamar atau average room rate yang pada Natal tahun ini anjlok 50%.
Perlu diketahui bahwa kamar hotel dibanderol menggunakan dynamic pricing. Sederhananya, tarif kamar hotel dipengaruhi oleh perubahan supply and demand (penawaran dan permintaan). Dengan kata lain ketika permintaan rendah maka tarif akan lebih murah.
"Belum lagi kita bicaranya average room rate-nya kan, itu turunnya juga cukup drastis kalau kita compare year on year untuk khusus Natal saja kan lebih dari 50% drop-nya itu. Biasanya kalau hotel itu kan menganut dynamic price," tambahnya.
Pelaku usaha pariwisata pun menaruh harapan kepada menteri pariwisata dan ekonomi kreatif (menparekraf) baru, Sandiaga Salahuddin Uno. Selengkapnya di halaman selanjutnya.