4 Fakta Beras Vietnam Rembes ke Pasar dan Dijual Murah

4 Fakta Beras Vietnam Rembes ke Pasar dan Dijual Murah

Vadhia Lidyana - detikFinance
Selasa, 19 Jan 2021 21:00 WIB
Impor Beras
Ilustrasi/Foto: Tim Infografis, Andhika Akbarayansyah
Jakarta -

Beras impor dari Vietnam jenis yasmin atau jasmine rice dilaporkan rembes atau dijual bebas di Pasar Beras Cipinang. Parahnya lagi, beras itu dijual dengan harga yang lebih murah dibandingkan beras lokal.

Hal itu dilontarkan oleh Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi dari fraksi Golkar dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi IV DPR RI Senin, (18/1) kemarin. Berikut 3 fakta terkait beras impor Vietnam yang rembes ke pasar tersebut.

1. Diimpor Sarinah

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dedi mengatakan, beras tersebut diimpor oleh PT Sarinah dan dijual murah di pasar.

"Saya barusan ditelepon, di pasar hari ini ada beras impor dari Vietnam dibanderol Rp 9.000/Kg, yang impornya Sarinah. Apakah Kementan mengetahui? Apa Balai Karantina mengetahui?" kata Dedi.

ADVERTISEMENT

Ia mengatakan, beras impor tersebut akan mengancam petani Tanah Air. Pasalnya, dengan harga Rp 9.000/kg, maka harga beras di petani juga dikhawatirkan jatuh.

"Kalau dibanderol Rp 9.000/kg dan masif, Wassalam petani, makin jatuh lagi harganya. Ini saya barusan saja. Mohon juga hari ini dijelaskan. Jadi jangan sampai nanti begini, sudah harga beras jatuh, harga pupuk naik, susah lagi. Mau dibunuh petani?" tegas Dedi.

2. Murah

Harga beras impor Vietnam tersebut yakni Rp 9.000/Kg lebih murah ketimbang beras lokal. Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan nomor 57 tahun 2017, HET beras medium untuk wilayah Jawa, Lampung, Sumatera Selatan (Sumsel), Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Sulawesi adalah Rp 9.450/kg. Sedangkan, untuk wilayah Sumatera selain Sumsel, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Kalimantan, HET beras medium Rp 9.950/kg. Kemudian, untuk wilayah Maluku dan Papua, HET beras medium Rp 10.250/kg.

Di sisi lain, pemerintah terakhir kali mengimpor beras untuk konsumsi masyarakat pada tahun 2018 yang dilakukan oleh Perum Bulog. Selain Bulog, maka tak ada yang bisa mengimpor beras untuk konsumsi masyarakat atau keperluan umum seperti apa yang tertuang dalam pasal 16 ayat (1) Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) nomor 1 tahun 2018.

Selain untuk keperluan umum, impor beras bisa dilakukan untuk keperluan lain, seperti bahan baku industri. Di luar bahan baku industri, maka impor beras hanya bisa dilakukan oleh BUMN, ketentuan ini tertuang dalam pasal 23 ayat (1) Permendag 1/2018.

Jasmine ricesendiri termasuk dalam jenis beras yang hanya bisa diimpor untuk keperluan lain (tertuang dalam lampiran Permendag 1/2018), bukan konsumsi masyarakat atau keperluan umum.

3. Pengakuan Kementan

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi membenarkan adanya beras impor dari Vietnam yang rembes ke Pasar Induk Beras Cipinang.

"Tim Kementan terjun langsung ke lokasi beras Cipinang sebagaimana ada laporan masyarakat, kemudian memang benar ditemukan beras yasmin masuk ke Cipinang," ungkap Suwandi.

Suwandi menegaskan, pihaknya tidak pernah menerbitkan rekomendasi impor beras tersebut. Selain itu, menurutnya apabila ada beras yang diimpor secara khusus maka tak akan masuk ke pasar rakyat atau pasar tradisional.

"Untuk kami sampaikan bahwa Kementan tidak terbitkan rekomendasi impor beras. Jadi impor beras yang ini adalah bukan dari Kementan. Kemudian biasanya kalau biasanya beras khusus itu penggunaan dan sasarannya juga khusus, tidak masuk ke pasar tradisional," terang Suwandi.

Lebih lanjut, Suwandi mengatakan kasusberas impormasuk ke Pasar Induk Beras Cipinang itu telah diselidiki oleh Bareskrim Polri.

4. Karantina Kementan

Setiap kegiatan impor produk pertanian maka akan diperiksa oleh Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementan sebelum masuk ke wilayah Indonesia.

Kepala Barantan Kementan Ali Jamil mengatakan, pihaknya memang menerima data impor beras dari Vietnam dan Thailand yang surat izin impornya (SPI) terbit pada 15 Oktober 2020 lalu. Namun, dalam data Kementan, impor itu diajukan oleh PT Perusahaan Perdagangan Indonesia(Persero) atau PT PPI. Sementara, laporan yang diterima Komisi IV DPR RI, impor itu jasmine rice yang rembes ke pasar itu dilakukan oleh Sarinah.

"Kami sampaikan kronologis masuknya beras dari Vietnam. Jadi yang pertama itu kami bisa melihat di sini, SPI-nya kepada BUMN itu diterbitkan 15 Oktober 2020. Itu PPI dari Thailand dan Vietnam," ungkap Ali dalam RDP dengan Komisi IV, Selasa (19/1/2021).

Selain itu, data yang masuk ke Barantan jenis beras yang diimpor berbeda dengan yang rembes, yakni beras khusus jenis japonica (japonica rice) sebanyak 800 ton.

"Kemarin kita juga sudah periksa barangnya dan dokumen kesehatannya, dilengkapi sertifikat, prior notice, dan seluruhnya. Di PC-nya (Phytosanitary Certificate) itu adalah Vietnam Japonica. Dan kami punya fotonya semua adalah japonica. Jadi sementara itu yang kami sampaikan," pungkas Ali.


Hide Ads