Kisah Pilu Pengusaha Palu, Bisnis Ambyar Dihantam Tsunami hingga Pandemi 

Kisah Pilu Pengusaha Palu, Bisnis Ambyar Dihantam Tsunami hingga Pandemi 

Gebriella Massora - detikFinance
Senin, 22 Mar 2021 13:07 WIB
Folder of Coronavirus covid19 2019 nCoV outbreak
Foto: Gebriella Massora
Palu -

Gempa bumi dan tsunami terjadi di Palu pada September 2018. Bencana tersebut mengakibatkan banyak bangunan rusak dan menelan korban jiwa.

Para pelaku usaha di Palu juga terpukul karena kejadian tersebut. Mereka melakukan berbagai upaya untuk bangkit lagi.

Sedikit demi sedikit mereka kembali membangun bisnisnya. Namun, nasib mereka kurang beruntung karena dihantam pandemi COVID-19 pada Maret 2020.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi ini salah satu dirasakan oleh Pemilik Banua Coklat, Ansaruddin. Ansaruddin mulai membangun bisnis coklat dengan berbagai rasa sejak tahun 2010. Bisnisnya cukup moncer, kendati ia enggan menyebut berapa omzet yang ia dapatkan.

Namun, bisnisnya langsung terpukul karena adanya gempa 2018. Bangunan yang ia miliki rusak, termasuk bahan baku produknya.

ADVERTISEMENT

"Jadi, pasca gempa kemarin tentu banyak persoalan karena bangunan kami tuh banyak yang rusak, terus bahan baku yang baru saya beli sehari sebelum gempa kurang lebih berapa ratus kilo kena lumpur dan rusak juga, kemudian kemasan yang baru saya pesan dari jawa sekitar 20.000-an pcs itu rusak juga kena lumpur, akhirnya memang kita kita sangat terpukul di situ," katanya kepada detikcom, Senin (22/3/2021).

Namun, ia tak kehabisan akal. Ia pun menghabiskan sisa produk yang tersisa dengan menjualnya kepada relawan Palu saat itu. Dia bercerita, para relawan membeli produknya sebelum pulang ke daerah masing-masing.

"Sehingga itulah modal awal yang kami pake untuk diputar kembali, bahkan pada hari pertama gempa juga sisa produk ada yang saya bagikan ke tetangga karena makanan saat itu susah, mau masuk dalam rumah pun takut jadi dengan sisa coklat seadanya saya bagikan sebagai cemilan pengganti makanan," ujarnya.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Pendapatannya pun turun drastis kala itu. Setelah para relawan balik ke daerah asalnya, ia memutuskan untuk vakum. Tidak benar-benar vakum, dengan sisa peralatan yang ada, ia memutuskan untuk melanjutkan bisnis di Makassar. Sebab, bisnisnya sangat tergantung pada wisatawan dan tidak mendukung untuk Palu saat itu.

"Kemudian Januari 2019 saya balik ke Palu dan istri yang melanjutkan di Makassar, saya balik untuk memperbaiki tempat produksi kami, karena tempat produksi kami kerusakannya lumayan berat," ujarnya.

Agustus 2019, atau hampir setahun pasca gempa bisnisnya berangsur pulih, pendapatannya pelan-pelan bangkit. Namun, bisnis kembali terpukul karena adanya pandemi COVID-19.

Pandemi membuat mobilitas terbatas masyarakat terbatas dan berdampak pada perekonomian. Bisnisnya pun kembali terpukul karena bencana ini.

Ansuruddin pun tak menyerah. Saat ini ia masih bertahan dengan mengandalkan penjualan melalui media online.

"Nah dari pandemi sampai sekarang saya tetap bertahan dengan penggunaan media online sebagai tempat pemasaran salah satunya melalui website saya di www.banuacoklat.com yang bahkan sampai saat ini beroperasi untuk menerima pesanan dari luar kota walaupun tak senormal awal tapi saya masih bersyukur bisnis yang saya jalankan masih bisa bertahan," ujarnya.

"Saya harus mencoba melawan kondisi saat ini dengan penggunaan media sebagai bentuk usaha saya yang masih bisa bertahan sampai saat ini," tutupnya.


Hide Ads