Gempa bumi dan tsunami terjadi di Palu pada September 2018. Bencana tersebut mengakibatkan banyak bangunan rusak dan menelan korban jiwa.
Para pelaku usaha di Palu juga terpukul karena kejadian tersebut. Mereka melakukan berbagai upaya untuk bangkit lagi.
Sedikit demi sedikit mereka kembali membangun bisnisnya. Namun, nasib mereka kurang beruntung karena dihantam pandemi COVID-19 pada Maret 2020.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi ini salah satu dirasakan oleh Pemilik Banua Coklat, Ansaruddin. Ansaruddin mulai membangun bisnis coklat dengan berbagai rasa sejak tahun 2010. Bisnisnya cukup moncer, kendati ia enggan menyebut berapa omzet yang ia dapatkan.
Namun, bisnisnya langsung terpukul karena adanya gempa 2018. Bangunan yang ia miliki rusak, termasuk bahan baku produknya.
"Jadi, pasca gempa kemarin tentu banyak persoalan karena bangunan kami tuh banyak yang rusak, terus bahan baku yang baru saya beli sehari sebelum gempa kurang lebih berapa ratus kilo kena lumpur dan rusak juga, kemudian kemasan yang baru saya pesan dari jawa sekitar 20.000-an pcs itu rusak juga kena lumpur, akhirnya memang kita kita sangat terpukul di situ," katanya kepada detikcom, Senin (22/3/2021).
Namun, ia tak kehabisan akal. Ia pun menghabiskan sisa produk yang tersisa dengan menjualnya kepada relawan Palu saat itu. Dia bercerita, para relawan membeli produknya sebelum pulang ke daerah masing-masing.
"Sehingga itulah modal awal yang kami pake untuk diputar kembali, bahkan pada hari pertama gempa juga sisa produk ada yang saya bagikan ke tetangga karena makanan saat itu susah, mau masuk dalam rumah pun takut jadi dengan sisa coklat seadanya saya bagikan sebagai cemilan pengganti makanan," ujarnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya.