Pandemi COVID-19 melanda berbagai negara pada kuartal I-2020. Kondisi ini menyebabkan banyaknya negara yang ekonominya mengalami kontraksi bahkan lumpuh.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan pemerintah di berbagai negara mengeluarkan jurus-jurus untuk bertahan dari pandemi ini. Namun dibutuhkan juga kebijakan lain untuk menjaga perekonomian negara, termasuk Indonesia.
Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada 170 negara yang ekonominya kontraksi. Menurut dia buruknya kondisi perekonomian ini merupakan yang terparah sejak 150 tahun terakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyebut dari berbagai statistik menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 memberi dampak yang luar biasa buruk bagi perekonomian. Hal ini karena semua negara dipaksa untuk mengambil kebijakan di saat dampak pandemi tidak hanya dari sisi kesehatan saja tetapi juga perekonomian.
"Berarti COVID-19 ini memaksa dan membuat semua negara harus memformulasikan kebijakan, tidak hanya di ekonomi tapi di kesehatan dan sosial," kata Sri Mulyani Indrawati dalam diskusi online, Selasa (6/4/2021).
Indonesia juga melakukan kebijakan yang luar biasa demi menekan dampak pandemi ini. Tahun lalu pemerintah juga menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang menyebabkan ekonomi nasional kontraksi 5,32% pada kuartal II.
"Ini terbesar sejak krisis keuangan 1997-1998. Jadi kita termasuk dalam 170 negara yang mengalami kontraksi, sebab sepanjang 2020 kita kontraksi 2,07%," tambah dia.
Dia menyampaikan kontraksi ekonomi yang dialami Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara-negara lain. Dibandingkan negara di ASEAN, Filipina mengalami kontraksi paling dalam mencapai 9,6%, Singapura kontraksi 6%, Malaysia kontraksi 5,8%.
"Poin saya, ini adalah situasi yang tidak pandang bulu. Tentu dengan adanya kontraksi ekonomi ada konsekuensi pada pengangguran, kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat," jelas Sri Mulyani Indrawati.