Sejumlah pengamat menganggap wajar keputusan pemerintah soal menaikkan tarif sejumlah ruas tol di tengah pandemi COVID-19. Lantaran, ada janji investasi yang harus ditunaikan pemerintah lewat kenaikan tarif tol tadi.
"Kenaikan tarif (tol) itu adalah bagian yang tidak terpisahkan dari janji investasi. Karena mereka kan terus terang saja mau tidak mau akan harus bayar utang juga, jadi kalau mereka tidak bayar utang, mereka juga kena denda gitu kan, artinya makin berat juga, jadi pilihannya kalau mengacu pada ketentuan peraturan mau tidak mau (ya naik tarif tolnya)," ujar Yayat kepada detikcom, Senin (19/4/2021).
Alasan lain kenapa tarif tol dianggap wajar naik saat masih pandemi lantaran ada kewajiban operator untuk menjaga standar pelayanan minimal (SPM) jalan tol. Pelayanan seperti kondisi jalan, aksesibilitas (kecepatan transaksi dan kapasitas gardu tol), mobilitas (kecepatan penanganan hambatan lalu lintas), keselamatan, hingga lingkungan itu harus tetap dipertahankan. Untuk mempertahankan semua pelayanan itu tentu butuh biaya, salah satunya dari tarif tol yang dibayar para pengendara yang lewat jalan tol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau misalnya mereka rugi karena tidak ada kenaikan tarif tol, terus kualitas pelayanan buruk ya kasihan juga kan. Jadi otomatis memang harus sama-sama menjaga dan melindungilah ibaratnya," katanya.
Namun, menurut Yayat kenaikan tarif tol harus juga memperhitungkan kemampuan masyarakat saat ini. Sebaiknya, besaran tarif yang bakal dinaikkan pemerintah jangan terlalu tinggi, agar tidak terlalu memberatkan masyarakat.
"Kalau Rp 500 - Rp 1.000 masih wajarlah," tambahnya.
Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Indonesia Lisman Manurung menambahkan, tarif tol penting bagi pemerintah untuk menambah pemasukan pajak yang berkurang karena terdampak pandemi. Ini masih lebih baik ketimbang pemerintah mencari sumber keuangan yang baru dari utang ke luar negeri.
"Oleh karena itu untuk menutupi kekurangan tahun lalu maka pemerintah terpaksa menaikkan tarif. Jika tidak demikian akan mencari sumber keuangan yang baru. Sumber keuangan yang baru berarti hutang ke luar negeri," timpalnya.