Kementerian Investasi dan Sederet PR yang Menanti

Kementerian Investasi dan Sederet PR yang Menanti

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 20 Apr 2021 08:30 WIB
Petugas Cash Center BNI menyusun tumpukan uang rupiah untuk didistribusikan ke berbagai bank di seluruh Indonesia dalam memenuhi kebutuhan uang tunai jelang Natal dan Tahun Baru. Kepala Kantor perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua mengungkapkan jumlah transaksi penarikan uang tunai sudah mulai meningkat dibanding bulan sebelumnya yang bisa mencapai penarikan sekitar Rp1 triliun. Sedangkan untuk Natal dan tahun baru ini secara khusus mereka menyiapkan Rp3 triliun walaupun sempat diprediksi kebutuhannya menyentuh sekitar Rp3,5 triliun. (FOTO: Rachman Haryanto/detikcom)
Ilustrasi/Foto: Rachman Haryanto

Faisal menilai tugas Kementerian Investasi bukan cuma mengerek jumlah investasi saja, namun juga kualitas investasi yang masuk saat direalisasikan. Misalnya, kualitas lapangan kerja yang dihasilkan.

Dia menilai investasi yang berkualitas adalah investasi yang mampu membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya. "PR-nya ini adalah kualitas investasi, jadi bukan hanya nilainya atau realisasinya saja. Tapi juga kualitasnya, dalam artian misalnya penciptaan lapangan kerja," papar Faisal.

"Jadi tujuannya investasi bukan cuma meningkat, tapi penciptaan lapangan kerja juga harus ditingkatkan dari investasi yang masuk," lanjutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kementerian Investasi menurut Faisal juga harus membuktikan pembentukannya mampu berdampak pada sistem investasi dan diiringi dengan kebijakan yang semakin memudahkan investasi.

Contohnya saja membuat koordinasi antar daerah dan pusat soal perizinan usaha makin baik. Dengan Kementerian Investasi diharapkan beda regulasi antar pemerintah daerah dan pusat tidak lagi terjadi.

ADVERTISEMENT

"Misalnya itu koordinasi antar pemerintah pusat dan daerah jadi makin baik dengan adanya kementerian baru ini. Tidak ada lagi beda regulasi yang membuat lambat realisasi investasi," tutur dia.

Sementara itu, Bhima menilai pekerjaan rumah pemerintah di sektor investasi adalah minimnya realisasi. Komitmen investasi berhasil dibuat, namun investasinya tak kunjung dilakukan.

Realisasi ini menurutnya sering gagal, hal itu karena ada beberapa masalah yang terjadi langsung di lapangan. Mulai dari biaya logistik yang mahal, pungli, hingga ketidaksiapan sumber daya manusia (SDM) atas kebutuhan industri.

"Yang terpenting follow up dari komitmen menjadi realisasi investasi. Di sini bottle neck atau hambatannya ada di lapangan, misalnya soal biaya logistik mahal, infrastruktur tidak terintegrasi, sampai ke pungli. Juga kurangnya SDM yang dibutuhkan industri," ujar Bhima.


(hal/ara)

Hide Ads