Desain Istana Presiden di ibu kota baru, Kalimantan Timur (Kaltim) telah ditetapkan. Desain yang terpilih melalui sayembara adalah karya I Nyoman Nuarta, seniman patung asal Bali.
Setelah memamerkan desainnya di media sosial pada akhir Maret lalu, Nyoman mendapat banyak kritik. Ia pun menjelaskan alasannya mengapa memilih ikon Garuda dalam desain Istana tersebut.
Ia mengatakan, Garuda mewakili seluruh Indonesia. Ia pun mengaku tak mau meniru bangunan-bangunan di negara lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Indonesia kan belum pernah bikin Istana, itu kan warisan kolonial. Kita disuruh meniru terus terang nggak mau. Karena saya bukan penjajah. Saya harus bisa menyodorkan identitas bangsa. Kalau nanti ada yang kayak di Jerman maunya. Lho, kita ini orang apa? Orang apa kok penginnya seperti di Jerman. Kaidah-kaidahnya tidak sesuai," tegas Nyoman ketika ditemui detikcom di Jakarta, Sabtu (24/4/2021).
Nyoman mengatakan, ikon Garuda dalam desain Istana Negara di ibu kota baru adalah identitas yang mewakili bangsa, bukan hanya satu suku budaya di Tanah Air.
"Ide saya mendesain itu karena berpikir Garuda sudah dipahami. Garuda Pancasila sudah komitmen nasional, itu kita setuju. Tapi kalau saya bawa style rumah rakyat etnis tertentu di situ, etnis yang lain marah dong, cemburu dong? Betul nggak? Jadi harus yang nasional dan itu sudah komitmen," tegas Nyoman.
1. Jawab Kritik dari Asosiasi Arsitek
Sebelumnya, 5 asosiasi arsitek yang terdiri dari Asosiasi Profesi Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Green Building Council Indonesia (GBCI), Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia (IARKI), Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia (IALI), dan Ikatan Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota (IAP) menilai desain Istana tersebut tak dibuat dengan perencanaan matang.
Menjawab itu, Nyoman mengatakan desain itu telah dibuat dengan melibatkan arsitek, ahli struktur, lingkungan, pencahayaan, dan sebagainya yang berkolaborasi dengannya.
"Saya kan penggagas saja. Ahli-ahlinya dari arsitek segala macam itu terlibat di sana. Ahli konstruksi, ahli environment. Kan sekarang ada green design, itu semua ada yang terlibat di kita. Saya cuma memberi idenya ini begini, begitu, cocok nggak? Kalau nggak cocok bagaimana? Jadi tidak bekerja sendiri, ini menganggap saya bekerja sendiri," tutur Nyoman.
Ia memastikan, ahli-ahli yang tergabung dalam timnya itu punya kompetensi di bidangnya masing-masing dan bersertifikat.
Nyoman mengatakan, pembuatan desain itu juga mempertimbangkan sisi ekonomi. Dengan demikian, istana yang akan dibangun tak hanya menghabiskan biaya besar, tapi juga bisa memberikan hasil untuk negara.
"Kalau konsep saya itu melibatkan park, science, teknologi dan bisnis. Karena apa? Patung besar itu harus ada perhitungan bisnisnya. Kalau tidak siapa itu? Kan itu membutuhkan triliunan. Nggak logis kalau kita membangun itu tanpa perhitungan," jelas dia.
Di sisi lain, desain yang ia buat sudah melalui proses sayembara. Oleh sebab itu, ia mempertanyakan maksud dari kritik yang disampaikan 5 asosiasi arsitek tersebut.
"Masa terus melawan saya, harus banyak asosiasi? Terus ini penginnya seperti apa? Kok gayanya seperti ormas ini? Hak apa dia bisa mengadili, mengatakan ini jelek ini bagus? Apakah politik, atau betul-betul masalah estetika? Dan ingat lho, tim basic desain ini pimpinannya orang ahli, dia memegang SKA yg utama. Lainnya itu madya, madya, madya. Saya kan cuma penggagas doang," tegas Nyoman.
Baca berita selengkapnya di halaman berikutnya