Jakarta -
Pandemi COVID-19 membuat segala macam usaha masyarakat mengalami kesulitan. Nasib serupa juga harus menimpa pedagang parsel yang biasanya ramai jelang Lebaran.
Ketua Asosiasi Pengusaha Parsel Indonesia (APPI), Fahira Idris mengatakan daya beli masyarakat yang menurun efek pandemi COVID-19 ikut memberikan dampak kepada bisnis parsel.
"Pandemi pasti berpengaruh ya. Daya beli masyarakat yang turun tentu juga mempengaruhi prioritas masyarakat kita saat ini. Jika sebelum pandemi (bisa) mengirimkan banyak parsel, mungkin tahun ini hanya beberapa saja," kata Fahira kepada detikcom, Minggu (2/5/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fahira menyebut sebelum pandemi bisa menerima pesanan hingga ratusan parsel jelang Lebaran. Namun sejak tahun lalu, dirinya hanya mendapat pesanan parsel dengan jumlah puluhan. "Sejak pandemi jadi menurun. Jumlah pesanan yang biasanya ratusan hanya puluhan jelang Lebaran," imbuhnya.
Akibat pandemi, bisnis parselnya mengalami penurunan omzet sebesar 50%. Namun dia yakin bisnis parsel ke depan masih memiliki potensi yang baik. "Secara umum dengan berbagai tantangan ini bisnis parsel masih tetap mempunyai potensi yang baik," tuturnya.
Parsel yang sedang menjadi tren disebut masih seputar aneka kue kering, makanan dan minuman ringan, termasuk buah-buahan.
"Tetapi menjelang hari-hari besar seperti lebaran 2021 ini, trennya lebih ke arah pernak-pernik pajangan rumah, peralatan masak, set pembuatan kopi dan teh, dinner set, tea set, coffee set," imbuhnya.
Sudah tahu sejarah parsel? Klik halaman selanjutnya.
Simak Video: Cuan Melalui Digital Marketing
[Gambas:Video 20detik]
Fahira mengatakan tradisi mengirim parsel atau hampers saat Lebaran sudah ada sejak lama. Hal seperti itu juga dilakukan oleh dunia, termasuk Arab Saudi dan masuk Indonesia seiring berkembangnya agama Islam.
"Sebenarnya tradisi pemberian parsel atau bingkisan atau hadiah adalah tradisi dunia. Tiap negara punya tradisi ini terutama di saat hari-hari besar misalnya hari besar keagamaan," katanya.
Dilansir dari Tamasia, tradisi saling mengirimkan parsel atau hampers saat Lebaran sudah ada sejak abad ke-11. Saat itu diperkenalkan pertama kali oleh William The Conqueror setelah Pertempuran Hastings.
Sesuai dengan arti katanya, hampers atau keranjang anyaman pertama kali digunakan untuk mengangkut makanan dan anggur dalam perjalanan panjang melintasi darat dan laut sekitar 1.000 tahun yang lalu.
Anyaman dipilih sebagai bahan keranjang karena dinilai lebih ringan daripada kayu. Selain itu juga lebih tahan lama, sehingga isian hampers masih dalam kondisi baik saat sampai ke penerima.
Munculnya tradisi kirim parsel atau hampers saat Lebaran berasal dari perang juga diiyakan oleh Fahira. Saat itu katanya para perempuan yang tidak ikut pertempuran membuat dan mengirimkan parsel untuk para pejuang.
"Para ibu atau perempuan yang saat itu tidak terjun ke medan pertempuran, berjuang dengan mengirimkan parsel berisi makanan untuk para pejuang. Tradisi mengirimkan ini kemudian berlanjut hingga kini terutama di momen hari besar keagamaan," tuturnya.
Intinya parsel itu bingkisan sebagai hadiah yang isinya mulai dari berbagai macam kue, hingga aneka makanan dan minuman yang utamanya dikemas dalam kaleng atau toples. Semua itu ditata dan dihias dalam bentuk keranjang.
"Bahkan ada hadiah yang berisi barang pecah belah. Semua itu ditata apik dalam keranjang dan dikirimkan kepada orang-orang tertentu pada hari raya," tuturnya