Pada kuartal I 2021, Bali menempati posisi paling bawah dalam hal pertumbuhan ekonomi. Benar saja, pada periode tersebut, ekonomi Bali terkontraksi hingga 9,85%. Kontraksi ekonomi yang dirasakan Bali jauh lebih besar dibanding Provinsi lain.
Tak ada provinsi lain di Indonesia yang ekonomi tertekan separah Bali. Dibandingkan dengan Kalimantan Tengah sebagai provinsi kedua terparah, kontraksi ekonomi yang dialami hanya sebesar 3,12%. Bahkan, kontraksi ekonomi yang dialami Jakarta kurang dari 2%, tepatnya 1,65%.
Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali, Trisno Nugroho mengatakan, menilik data lainnya, tampak jelas bagaimana ekonomi Bali begitu tertinggal. Bila ekonomi nasional tampak mulai pulih dari kuartal II 2020 yang terkontraksi 5,32% dan membaik pada kuartal I 2021 yang hanya terkontraksi 0,74%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemulihan ekonomi Bali tergolong sangat lambat. Dari kontraksi 11,06% di kuartal II 2020, pada kuartal I 2021 kontraksinya masih sebesar 9,85%.
"Dibandingkan dengan kontraksi ekonomi nasional yang hanya 0,74%, kontraksi ekonomi Bali sangat dalam mencapai 9,85%. Dari data itu kita bisa lihat, kenapa Bali butuh pertolongan," tegas Trisno dalam diskusi dengan awak media bersama Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) di Cafe Wayan, Ubud, Bali belum lama ini.
Trisno mengatakan, tekanan ekonomi di Bali ini tak lepas dari anjloknya kunjungan turis mancanegara ke Bali imbas maraknya pembatasan dan larangan perjalanan lintas negara guna memerangi penyebaran virus Corona yang menjangkiti dunia sejak awal tahun lalu.
Pada periode 1 Januari-30 Mei 2020, kunjungan wisatawan asing yang datang ke Bali mencapai 1,21 juta orang. Sementara pada periode yang sama tahun 2021, kunjungannya anjlok menjadi hanya 431 orang.
Kondisi ini langsung berimbas pada sektor industri turunan yang berkaitan erat dengan sektor pariwisata. Sektor transportasi misalnya yang terkontraksi 40,03% pada kuartal IV 2020. Kontraksi sektor transportasi Bali makin parah mencapai 85,98% pada kuartal I 2021.
Sektor lain yang juga terimbas cukup parah dari anjloknya kunjungan wisata di Bali adalah sektor pengadaan listrik. Pada kuartal IV 2020, sektor pengadaan listrik di Bali terkontraksi sebesar 26,96%. Kondisi itu makin belum membaik signifikan pada kuartal I 2021 yang terkontraksi 24,89%.
"Kunjungan wisata minim bikin hotel efisiensi. Sekarang mereka kurangi konsumsi listrik besar-besaran. Makanya konsumsi listriknya juga anjlok," tegas Trisno.
Untuk itu, lanjut Trisno, dukungan kunjungan turis dalam negeri diharapkan bisa menjadi obat mujarab untuk menutup kekosongan yang ditimbulkan dari minimnya kunjungan dari wisatawan asing. Strategi mendongkrak ekonomi dengan mendorong wisata domestik ini juga diterapkan negara lain di seluruh dunia.
"Amerika, China dan beberapa negara lain itu juga mendorong masyaraktnya untuk wisata domestik. Ini sudah jadi strategi seluruh dunia," terang dia.
Ia pun menyambut baik dukungan yang diberikan pemerintah dalam hal ini Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang mendorong gerakan Work From Bali. Ini penting mengingat kontribusi sektor pariwiata Bali memberi sumbangan cukup besar pada perekonomian nasional.
Pada tahun 2019, devisa pariwisata Bali mencapai US$ 9,34 Juta. Angka itu mencakup 52,2% PDRB Bali. Angka tersebut berkontribusi sebesar 55,26% devisa travel Indonesia secara nasional.
"Work From Bali itu juga salah satu usulan dari kami (Kantor Perwakilan BI Bali), karena melihat betapa pentingnya kontribusi pariwisata Bali dan parahnya kontraksi ekonomi yang dialami Bali," tandas dia.
(dna/zlf)