Krisis Ekonomi Terburuk RI Sudah Lewat, tapi Jangan Kendor Dulu!

Krisis Ekonomi Terburuk RI Sudah Lewat, tapi Jangan Kendor Dulu!

Hendra Kusuma - detikFinance
Senin, 31 Mei 2021 15:02 WIB
Pemulihan ekonomi nasional di tahun 2021 masih memiliki tantangan besar. COVID-19 masih menjadi faktor ketidakpastian alias hantu pemulihan ekonomi.
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Pimpinan Rapat Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Said Abdullah mengungkapkan fase krisis ekonomi terburuk bagi Indonesia saat ini sudah lewat. Dia menyebut, fase tersebut telah terjadi pada kuartal II-2020 yang realisasinya minus 5,32%.

Saat ini, dikatakan Said, realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah berada pada tren menuju zona positif. Di mana pada kuartal I-2021 realisasinya minus 0,74%.

"Pertumbuhan ekonomi nasional terus menunjukkan tren perbaikan dari waktu ke waktu. Bahkan pertumbuhan ekonomi di triwulan I tahun 2021 sudah mendekati angka positif, walaupun masih mengalami kontraksi sebesar -0,74%," kata Said dalam rapat kerja bersama pemerintah, Senin (31/5/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain dari sisi tren pertumbuhan ekonomi, Said mengungkapkan beberapa indikator yang membuat ekonomi dalam tren perbaikan juga terlihat dari indeks keyakinan konsumen, indeks ekspektasi konsumen, dan purchasing managers index (PMI) pada April 2021 yang sudah mencapai angka 54,6.

Begitu pula dengan aktivitas perdagangan global juga mencapai level tertinggi sejak Agustus 2019. Sedangkan harga komoditas global terus menunjukkan tren kenaikan, bahkan telah lebih tinggi dari level sebelum pandemi.

ADVERTISEMENT

"Perkembangan positif tersebut menunjukkan adanya sinyal kuat, terjadi perbaikan pada sisi ekonomi dan bisnis, seiring dengan meningkatnya permintaan baru, termasuk dari luar negeri," ujarnya.

Namun jangan lengah dulu. Cek halaman berikutnya.

Simak Video: Erick Thohir Prediksi Akhir Tahun 2021 Ekonomi RI Tumbuh 4-5%

[Gambas:Video 20detik]




Said mengungkapkan berbagai perkembangan indikator ekonomi dan bisnis tersebut, menunjukkan momentum pemulihan ekonomi yang semakin menguat. Namun, dikatakan dia pemerintah harus tetap fokus dalam rangka pemulihan ekonomi nasional.

"Kita tidak boleh lengah, ancaman lonjakan kasus COVID-19 masih membayangi secara global. Lonjakan kasus COVID-19 di India yang begitu dramatis dan menjalar ke berbagai belahan dunia, telah menimbulkan bayangan ketidakpastian dan risiko pelemahan ekonomi global datang kembali," katanya.

Selain itu, kata Said, ketidakpastian terhadap harga komoditas dalam jangka menengah masih membayangi, khususnya sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi China yang diperkirakan melanjutkan rebalancing.

Adapun, ancaman lain adalah adanya proyeksi kenaikan inflasi di Amerika Serikat (AS) berpotensi mengancam momentum pemulihan ekonominya sendiri apabila diikuti dengan pengetatan kebijakan moneter The Fed.

"Kondisi ini dapat menciptakan efek rambatan (spillover), volatilitas dan ketidakpastian di sektor keuangan, serta dinamika arus modal global seperti saat terjadinya taper tantrum pada tahun 2013 lalu," ungkapnya.


Hide Ads