Harga cabai merah keriting yang saat ini berkisar Rp 8.000 per Kg membuat petani di Kulon Progo, Yogyakarta, pusing. Pasalnya harga tersebut berada di bawah biaya produksi.
"Dengan harga segini enggak bisa balik modal. Harusnya ya Rp10.000 ke atas, kalau di bawah itu ya berat buat kami," ungkap salah satu petani, Ganang (29), saat ditemui wartawan di lahan pertanian cabai di Dusun 1, Kalurahan Garongan, Kapanewon Panjatan, Kulon Progo, Kamis (10/6/2021).
Ganang menjelaskan Break Even Point (BEP) titik impas biaya produksi cabai berada di kisaran Rp 10.000-11.000 per Kg. Jika harga di pasaran di atas itu, petani dipastikan balik modal dan mendapat untung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebaliknya bila harga di bawah BEP, petani tidak bisa balik modal dan merugi. Padahal BEP ini belum termasuk upah yang diberikan petani kepada tenaga pemetik cabai.
"Gimana balik modal, buat ongkos tenaga aja masih tombok mas," ujarnya.
Ganang mengungkapkan kondisi saat ini kian tak menguntungkan petani karena di saat bersamaan lahan pertanian cabenya terserang virus. Sekitar 50 persen tanaman cabai dari lahan seluas seluas 2.000 meter persegi miliknya mati sehingga tidak bisa dipanen. "Makin parah ini mas, udah harganya rendah, malah kena virus, jelas enggak bisa balik modal," ungkapnya
Keluhan serupa diutarakan petani lain, Rubinem (68). Ia mengaku sudah pesimis bisa balik modal jika harga cabai masih sama seperti saat ini. "Ini murah banget, ya jelas rugi dan gak "cucuk" sama biaya buat biaya perawatan dan sebagainya," ujarnya.
Langsung klik halaman selanjutnya. Masih ada lagi curhat petani lainnya soal harga cabai anjlok.
Tonton juga Video: Harga Cabai Meroket, Petani Sebut Faktor Cuaca