Aplikasi Bea Cukai Down Bikin Pelabuhan Mampet

Aplikasi Bea Cukai Down Bikin Pelabuhan Mampet

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Rabu, 14 Jul 2021 21:00 WIB
Suasana bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara, Minggu (23/11/2015) kemarin. PT Pelabuhan Indonesia II optimis meraih cashflow atau arus kas sebesar 246 juta dollar Amerika dari sewa JICT, Terminal Koja dan CT1 New Priok. Perbaikan demi perbaikan dari segala lini untuk mewujudkan Pelabuhan terbaik ditingkat dunia terus dibenahi oleh PT Pelindo meskipun sampai saat ini dwelling time di Priok masih tinggi. Dewan Pelabuhan Tanjung Priok (DPTP) masih kecewa dengan belum dilaksanakannya Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 117/2015 tentang Pemindahan Barang yang melewati waktu penumpukan di Pelabuhan Tanjung Priok untuk menekan masa inap barang (dwelling time). (Foto: Rachman H
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Layanan kepabeanan Excise Integrated System and Automation (CEISA) mengalami gangguan sejak pekan kemarin. Hal ini dikeluhkan pengusaha karena barang-barang yang ada di pelabuhan tidak bisa diproses.

CEISA sendiri merupakan aplikasi yang menghubungkan pengguna jasa dengan Bea Cukai. Adanya aplikasi ini diharapkan memenuhi segala kebutuhan kepabeanan dan cukai.

"Barang yang tidak bisa di proses dan sudah ada di pelabuhan, maka biaya penumpukan/storage charge-nya dihitung per hari. Nah ini siapa yang tanggung?" kata Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Mahendra Rianto kepada detikcom, Rabu (14/7/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara, lanjutnya, jika ada cacat dokumen karena kesalahan importir menjadi beban pengusaha. Menurutnya, hal itu tidak adil.

"Sementara kalau kita ada cacat dokumen karena kesalahan importir, maka kita yang juga kena beban, tidak fair ini," katanya.

ADVERTISEMENT

Dia menambahkan, industri juga bakal kehilangan peluang karena adanya masalah dari sistem tersebut. Sebab, produksi mengalami keterlambatan..

"Belum lagi lost opportunity, karena customer di industri tidak bisa produksi tepat waktu karena bahan bakunya tertahan," katanya.

Ratusan Kontainer Sayur Buah Terancam Busuk

Senada, Sekretaris Umum Asosiasi Eksportir Importir Buah dan Sayur Segar (Aseibssindo) Hendra Juwono menjelaskan, gangguan tersebut sangat terdampak pada importir sayuran dan buah. Sebab, hal itu akan menambah biaya penumpukan serta listrik untuk pendingin.

"Para importir-impotir buah-buahan dan sayuran segar sangat terdampak, yang akibatnya menaikan biaya-biaya penumpukan. Listrik untuk pendingin kontainer yang biaya rata-rata Rp 2,1 juta/ kontainer 40 feet untuk 3 hari pertama sejak tiba, dan biaya tersebut akan naik secara progressive setelah hari ke 4 sampai kontainer keluar pelabuhan," katanya.

Selain itu, pengusaha juga menerima risiko dari penurunan kualitas buah dan sayur.

"Betul, dapat mengakibatkan busuk, layu," katanya.

Hingga saat ini, pihaknya belum menerima laporan berapa banyak sayur dan buah yang busuk. Sebab, hingga saat ini kontainer-kontainer tersebut masih tertahan di pelabuhan.

Dia juga belum bisa menghitung kerugian imbas tertahannya sayur dan buah di pelabuhan tersebut. Namun, dia memperkirakan, jumlah kontainer yang tertahan sekitar 500 kontainer di seluruh Indonesia.

"Perkiraan kami berjumlah 500-an kontainer di seluruh Indonesia," ujarnya.


Hide Ads