Kementerian Ketenagakerjaan melalui Politeknik Ketenagakerjaan menggelar acara Ngopi Daring Nasional bertema 'How To Boost Millenial HR During Pandemic' kemarin. Adapun kegiatan ini dilakukan untuk mendorong milenial terus berkarya dan berkontribusi positif di era adaptasi baru.
Sekretaris Jenderal Kemnaker, Anwar Sanusi mengatakan masa pandemi menjadi momentum penting bagi institusi pendidikan, milenial, dan pelaku usaha untuk bangkit bersama dan terus berkarya. Menurutnya, hal ini penting dilakukan guna menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Bagi institusi pendidikan, khususnya Polteknaker, harus terus mampu mengedepankan research and development yang terprogram bagi peningkatan SDM generasi milenial," ujar Anwar dalam keterangan tertulis, Sabtu (31/7/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Cek! Syarat Dapat Subsidi Gaji Rp 1 Juta |
Lebih lanjut Anwar menjelaskan seiring kemajuan informasi, teknologi dan informasi menjadi ujung tombak perubahan berbagai bidang sosial ekonomi.
Oleh karena itu, generasi milenial harus dapat mengoptimalkan SDM dan beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Dengan demikian, generasi milenial dapat menjadi penerus bangsa dalam menghadapi perubahan di berbagai bidang pembangunan.
Sementara itu, para pelaku usaha di dunia usaha dan industri dapat mengelola dan memastikan para HR untuk sadar dengan potensi SDM milenial. Sehingga kinerja dan ketahanan perusahaan di masa pandemi dapat terus tumbuh.
Baca juga: Ini Tips Agar Keuangan Sehat saat Pandemi |
Melalui kegiatan tersebut, Anwar pun berharap para milenial dapat memperoleh inspirasi agar dapat terus berkontribusi terhadap Indonesia.
"Melalui kesempatan ini, saya berharap acara Ngopi Daring Nasional ini menjadi program berkelanjutan dan menjadi inspirasi bagi generasi milenial, sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih luas terhadap perekonomian nasional," katanya.
Anwar menjelaskan di masa pandemi, gelombang pekerja berusia 18-30 tahun telah memasuki angkatan kerja. Adapun kelompok kerja ini disebut kaum milenial yang identik dengan perkembangan teknologi. Namun, kaum milenial tak mudah memastikan dapat bekerja dengan baik di perusahaan.
Selain itu, penelitian Gallup (2016) memperlihatkan hanya 29 persen karyawan milenial yang secara emosional dan perilaku terhubung erat dengan pekerjaan dan perusahaan. Menurut Anwar, hal ini dapat menjadi kerugian bagi perkembangan perusahaan.
"Hal ini tentu merupakan kerugian besar bagi perusahaan, karena mereka hanya muncul di jam kerja namun tidak memberikan yang terbaik untuk perkembangan perusahaan," ungkapnya.
Baca juga: Pariwisata, Pandemi, Empati |
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, generasi milenial di dunia kerja tercatat menempati posisi pertama dengan 33,25 persen dalam hal komposisi populasi di Indonesia. Selanjutnya, peringkat kedua diraih oleh generasi Z (29,23 persen), dan posisi ketiga oleh generasi X (25,74 persen), dan keempat, baby boomers (11,27 persen).
Dari angka tersebut, Anwar mengatakan milenial berperan penting dalam pertumbuhan bangsa Indonesia.
"Angka statistik ini menunjukkan bahwa kemampuan memaksimalkan generasi milenial dan generasi Z menjadi kunci performa bangsa Indonesia di masa depan, dalam menghadapi persaingan global sekaligus mendorong pertumbuhan produktivitas yang berdampak penguatan perekonomian Indonesia," paparnya
Sementara itu, Plt. Direktur Polteknaker Elviandi Rusdy berharap hadirnya para milenial di masa pandemi dan revolusi industri 4.0 dapat meningkatkan kompetensi dan produktivitas. Dengan begitu angkatan kerja di Indonesia dapat diserap dengan baik.
"Produktivitas kerja milenial di Indonesia saat ini masih sebesar 74,4 persen, masih di bawah rata-rata negara ASEAN sekitar 78,4 persen. Ini tantangan bagi kita kaum milenial agar di masa pandemi dan revolusi industri ini terus melakukan upaya untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi," pungkasnya.
(mul/ara)