Dia menyarankan jika untuk strategi marketin seperti kolaborasi, tentu harus menyamakan nilai atau value yang diberikan artis atau orang yang diajak kolaborasi kepada perusahaan begitu juga sebaliknya.
"Tetapi harus diingat, kalau mengandalkan endorser yang tidak memiliki background yang sama dengan identitas brand kita, maka jangka panjang kurang. Jadi mesti ada kesamaan antara value yang ditawarkan Kopi Kenangan ke Hotman Paris dan sebaliknya, sehingga mendapatkan sinergi," pungkasnya.
Menurunya jika ada kesamaan value itu, maka dipastikan brand yang akan dibangun lebih bernilai dan jangka panjang. Tetapi kalau tidak memiliki kesamaan nilai, dia mencontohkan seperti Hotman Paris dan Kopi Kenangan yang diprediksi brandnya hanya satu sampai dua bulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau misalnya Hotman Paris dengan Kopi Kenangan ini laris, paling sebulan dua bulan mungkin, ya tetap Kopi Kenangan harus cari lagi siapa yang akan diajak kolaborasi bulan berikutnya. Kalau ganti-ganti terus juga lumayan untuk menambah omzet," katanya.
Terakhir, dia menyarankan jangan hanya mengandalkan ketenaran atau follower dari artis yang diajak kolaborasi. Tetapi juga harus melihat bagaimana background tokoh atau artis yang diajak untuk kolaborasi.
"Kopi Kenangan dengan Hotman Paris ini kan nggak selaras, satunya kopi tetapi satunya di bidang properti, law firm, dengan talkshow. Artinya background itu juga harus diperhatikan. Kalau kita mau mengeluarkan produk itukan untuk jangka tiga sampai enam bulan, kalau backgroundnya bukan kopi gitu kan nggak bisa," pungkasnya.
(fdl/fdl)