Perusahaan investasi global masih bertahan di China meski ada tindakan keras yang dilakukan Partai Komunis. Hal ini membuat US$ 3 triliun atau setara Rp 42.900 triliun (kurs Rp 14.300) menguap dari nilai pasar perusahaan-perusahaan terbesar.
Beberapa perusahaan global raksasa mengatakan, saat ini waktu yang tepat untuk berinvestasi. Mereka mengatakan, regulasi baru-baru diperlukan dan terlambat, serta pertumbuhan China tetap menarik.
"Kasus untuk China dalam jangka panjang masih utuh," kata Luca Paolini, Kepala Strategi Pictet Asset Management dikutip dari CNN, Kamis (2/9/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perusahaan ini adalah cabang dari bank swasta Swiss Pictet Group, memiliki aset kelolaan US$746 miliar. Pictet tidak sendirian, banyak nama besar seperti BlackRock, Fidelity, dan Goldman Sachs masih menyarankan klien untuk terus berinvestasi meskipun dengan hati-hati.
"Intensitas tindakan akan berfluktuasi," tulis ahli strategi di BlackRock dalam catatan penelitian Agustus.
"Otoritas China kemungkinan akan menyeimbangkan agenda regulasi mereka dengan keinginan untuk stabilitas ekonomi, dan intensitas tindakan keras regulasi dapat mereda di tengah pertumbuhan yang lebih lambat dan volatilitas pasar," tulisnya lebih lanjut.
Tindakan keras setahun terakhir yang dilakukan China banyak mengguncang bisnis. Sektor jasa mengalami kontraksi pada Agustus untuk pertama kalinya dalam 18 bulan.
Perusahaan teknologi keuangan Ant Group dilaporkan bernilai setengah dari sebelum rencana penawaran, dan terpaksa merombak bisnisnya. Saham perusahaan transportasi online Didi gagal mendekati harga IPO setelah China mulai menyelidiki perusahaan tersebut awal musim panas ini.
Sikap keras China masih lanjut sampai lima tahun lagi. Cek halaman berikutnya.
Tonton juga Video: Taliban Terus Bujuk China Untuk Investasi di Afghanistan