Kebijakan Keras China Bikin Tekor Rp 42.900 T, Investor Panik Nggak?

Kebijakan Keras China Bikin Tekor Rp 42.900 T, Investor Panik Nggak?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 02 Sep 2021 10:22 WIB
Bendera China
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Perusahaan investasi global masih bertahan di China meski ada tindakan keras yang dilakukan Partai Komunis. Hal ini membuat US$ 3 triliun atau setara Rp 42.900 triliun (kurs Rp 14.300) menguap dari nilai pasar perusahaan-perusahaan terbesar.

Beberapa perusahaan global raksasa mengatakan, saat ini waktu yang tepat untuk berinvestasi. Mereka mengatakan, regulasi baru-baru diperlukan dan terlambat, serta pertumbuhan China tetap menarik.

"Kasus untuk China dalam jangka panjang masih utuh," kata Luca Paolini, Kepala Strategi Pictet Asset Management dikutip dari CNN, Kamis (2/9/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perusahaan ini adalah cabang dari bank swasta Swiss Pictet Group, memiliki aset kelolaan US$746 miliar. Pictet tidak sendirian, banyak nama besar seperti BlackRock, Fidelity, dan Goldman Sachs masih menyarankan klien untuk terus berinvestasi meskipun dengan hati-hati.

"Intensitas tindakan akan berfluktuasi," tulis ahli strategi di BlackRock dalam catatan penelitian Agustus.

ADVERTISEMENT

"Otoritas China kemungkinan akan menyeimbangkan agenda regulasi mereka dengan keinginan untuk stabilitas ekonomi, dan intensitas tindakan keras regulasi dapat mereda di tengah pertumbuhan yang lebih lambat dan volatilitas pasar," tulisnya lebih lanjut.

Tindakan keras setahun terakhir yang dilakukan China banyak mengguncang bisnis. Sektor jasa mengalami kontraksi pada Agustus untuk pertama kalinya dalam 18 bulan.

Perusahaan teknologi keuangan Ant Group dilaporkan bernilai setengah dari sebelum rencana penawaran, dan terpaksa merombak bisnisnya. Saham perusahaan transportasi online Didi gagal mendekati harga IPO setelah China mulai menyelidiki perusahaan tersebut awal musim panas ini.

Sikap keras China masih lanjut sampai lima tahun lagi. Cek halaman berikutnya.

Tonton juga Video: Taliban Terus Bujuk China Untuk Investasi di Afghanistan

[Gambas:Video 20detik]



China telah mengisyaratkan bahwa pendekatan kerasnya akan berlanjut setidaknya selama lima tahun ke depan. Presiden Xi Jinping telah mengatakan kepada pejabat pemerintah bahwa anti monopoli dan langkah-langkah lain diperlukan untuk mencapai 'kemakmuran bersama'.

Kemudian media pemerintah minggu ini secara luas mengedarkan sebuah artikel yang pertama kali muncul di media sosial, yang menyebut tindakan keras Xi di bidang ekonomi, keuangan, budaya, dan politik sebagai revolusi besar untuk mengakhiri 'surga kapitalis' di pasar China.

"Investor asing yang memilih untuk berinvestasi di China merasa sangat sulit untuk mengenali risiko ini," tulis investor kawakan George Soros minggu ini di Financial Times.

Sementara, Paolini mengaku tak khawatir. Dia memperkirakan seluruh dunia akan mengikuti dengan peraturan ketat tentang penggunaan data dan dominasi Big Tech.

"Risiko regulasi telah meningkat, tetapi sekarang sebagian besar diperhitungkan -pada langkah-langkah kami," kata Paolini.

Ahli strategi BlackRock, menulis kepemimpinan China melihat langkah-langkah tersebut perlu untuk mengendalikan industri yang telah berkembang pesat. "Kami mendukung preferensi strategis kami untuk aset China," tambah mereka.

Bahkan Goldman Sachs yang baru-baru ini memperkirakan bahwa tindakan keras tersebut telah menghapus nilai pasar sebesar US$ 3,1 triliun untuk perusahaan-perusahaan China di seluruh dunia. Ahli strategi di bank investasi menulis minggu lalu bahwa lingkungan perdagangan yang tidak pasti tidak akan terlalu mempengaruhi pembelian ekuitas China.


Hide Ads