Mengintip Sumber Ekonomi Afghanistan yang Tak Cuma dari Opium

Mengintip Sumber Ekonomi Afghanistan yang Tak Cuma dari Opium

Aulia Damayanti - detikFinance
Jumat, 03 Sep 2021 05:30 WIB
Taliban fighters patrol as two Traffic policemen stand, left, in Kabul, Afghanistan, Thursday, Aug. 19, 2021. The Taliban celebrated Afghanistans Independence Day on Thursday by declaring they beat the United States, but challenges to their rule ranging from running a country severely short on cash and bureaucrats to potentially facing an armed opposition began to emerge. (AP Photo/Rahmat Gul)
Mengintip Sumber Ekonomi Afghanistan yang Tak Cuma dari Opium/Foto: AP/Rahmat Gul
Jakarta -

Budi daya opium dan penyelundupan hingga perdagangan narkoba telah menjadi sumber pendapatan penting bagi Afghanistan. Menurut Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (The United Nations Office on Drugs and Crime/UNODC), Afghanistan adalah produsen opium terbesar di dunia.

Panen opium di Afghanistan menyumbang lebih dari 80% pasokan dunia. Pada tahun 2018, UNODC memperkirakan produksi opium berkontribusi hingga 11% dari perekonomian negara.

Namun, sumber pendapatan dari Afghanistan tidak hanya dari opium. Berikut deretan sumber pendapatan ekonomi Afghanistan dikutip dari BBC, Kamis (2/9/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Mineral

Afghanistan kaya akan sumber daya alam (SDA) yang diperkirakan menarik mata internasional. Ada beberapa jenis mineral yang tersedia dalam jumlah yang cukup besar, antara lain tembaga, kobalt, batu bara, dan bijih besi.

Ada juga minyak dan gas serta batu mulia. Salah satu yang sangat potensial adalah lithium, logam yang digunakan dalam baterai untuk perangkat seluler dan mobil listrik.

ADVERTISEMENT

Pada 10 tahun yang lalu, lembaga penyelidikan geologi Amerika Serikat (AS) menyebut total nilai tambang dan SDA Afghanistan mencapai US$ 1.000 miliar.

Berbagai bahan tambang ada di dalam perut bumi Afghanistan seperti emas, perak, plutonium. Lalu uranium, tantalum, bauksit, gas alam, garam, batu logam, tembaga, perak, kromium, timah, bedak, belerang, batu bara, barit dan seng. Barang tambah tersebut disebut langka di dunia, itulah yang menjadi perebutan.

Kementerian Pertambangan dan Perminyakan Afghanistan memprediksi SDA Afghanistan ini bernilai US$ 3 triliun. Setidaknya ada 1.400 titik yang memiliki berbagai jenis sumber daya alam seperti gas alam, batu bara, garam, uranium, tembaga, emas, dan perak.

2. Pertanian-Peternakan

Ekonomi Afghanistan sempat mengalami pertumbuhan yang baik pada 2003 hingga 2012. Pertumbuhan ekonomi Afghanistan didorong paling tinggi oleh sektor pertanian. Namun selain itu, juga ditopang oleh bantuan asing yang didapat pada 2002 setelah Taliban digulingkan Amerika Serikat (AS).

"Pertumbuhan tahunan ekonomi Afghanistan rata-rata 9,4% antara tahun 2003 dan 2012, didorong oleh booming sektor jasa yang didorong oleh bantuan, dan pertumbuhan pertanian yang kuat," tulis keterangan Bank Dunia.

Bank Dunia mengungkap produksi buah-buahan, sayuran, bunga, dan ternak di Afghanistan memiliki potensi besar untuk menciptakan lebih banyak pekerjaan, berkelanjutan, dan inklusif jika petani diberikan pengetahuan teknis, dukungan keuangan, dan akses yang lebih besar ke fasilitas pasar.

Produksi komersial buah-buahan dan kacang-kacangan, serta produk ternak akan meningkatkan pendapatan dan lapangan kerja, termasuk membantu menciptakan lapangan kerja baru bagi pekerja muda di bidang terkait. Dengan meningkatkan perekonomian hortikultura dan peternakan, pemerintah juga dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja di bidang pengolahan makanan.

Tingginya lapangan pekerjaan di sektor pertanian dan peternakan dibuktikan bahwa pada 2018 saja, 50% anak muda di Afghanistan masuk dan terlibat dalam pertanian dan peternakan. Sebagian besar bekerja untuk membantu keluarga. Di tingkat pedesaan bahkan 60% perempuan bekerja di sektor peternakan.

Masih ada minyak hingga bantuan asing sehingga Afghanistan bisa bertahan. Cek halaman berikutnya.

3. Minyak

Sementara itu, dalam laporan terbaru British Petroleum, kapasitas minyak diperkirakan 250-300 barel per hari yang memungkinkan Afghanistan memperoleh US$ 9 miliar dan US$ 100 juta per tahun dari sumber daya tersebut.

Para pejabat di De Afghanistan Bank (bank sentral) mengatakan bahwa Afghanistan membutuhkan US$ 6-7 miliar untuk pertumbuhan ekonominya yang sumber daya alamnya dianggap sebagai sumber pertumbuhan ekonomi yang baik.

4. Bantuan Asing

Afghanistan tak lebih dari sebuah negara yang bergantung dengan bantuan asing. Mengutip dari situs resmi Bank Dunia, hibah asing menjadi penopang 75% dari belanja publik Afghanistan.

Sementara itu, pengeluaran untuk keamanan negara sebanyak 28% dari PDB pada 2019, angka itu jauh lebih besar dibandingkan negara lain yang berpenghasilan rendah, hanya 3% dari PDB mereka. Jadi, pengeluaran negara bersumber dari bantuan asing.

Padahal AS merupakan negara yang banyak menyumbang dana ke Afghanistan dan juga memiliki andil dalam pengusiran Taliban pada 2001 silam di Afghanistan.

Seperti dikutip dari Aljazeera, dana yang digelontorkan AS untuk membiayai proyek perang di Afghanistan telah berlangsung sejak 2001. Kini jika ditotalkan sudah mencapai US$ 2,26 triliun atau sekitar Rp 32.000 triliun (kurs Rp 14.375). Demikian dikutip menurut Proyek Biaya Perang di Brown University.

Triliunan uang itu disebut paling besar untuk menyumbang ke anggaran Operasi Kontingensi Luar Negeri untuk Departemen Pertahanan. Kemudian terbesar kedua sebesar US$ 530 miliar untuk pembayaran bunga atas uang yang dipinjam pemerintah AS guna mendanai perang.

Kemudian, AS juga telah mengalokasikan lebih dari US$ 144 miliar untuk rekonstruksi Afghanistan. Sebagian besar uang itu diberikan kepada kontraktor swasta dan LSM yang ditugaskan oleh pemerintah AS untuk melaksanakan sejumlah program dan proyek.


Hide Ads