Harga telur dalam negeri semakin anjlok hingga membuat para peternak mengalami kerugian. Kondisi itu diperparah dengan makin mahalnya pakan harga ayam.
Peternak bernama Asep Hamdan bahkan mengaku harus 'nombok' demi melanjutkan usaha ternak ayam yang baru dirintisnya. Peternak di Desa Kulur, Kecamatan Majalengka itu hanya salah satu orang yang mengalami kerugian akibat anjloknya harga telur.
"Nombok, mau gimana lagi. Sudah dari bulan kemarin harga telur tiap harinya turun terus," ucap Asep saat ditemui detikcom di kandang ayam petelur miliknya, Selasa (21/9/2021) lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asep menjelaskan saat ini untuk satu kilogram (kg) telur yang dijual ke distributor hanya di kisaran Rp 16.500. Padahal normalnya itu minimal dijual seharga Rp 21.000 per kg.
Dibalik anjloknya harga telur, Asep menerangkan harga pakan ayam justru mengalami kenaikan. Mulai dari harga jagung giling, maupun pakan jadi terus merangkak naik.
Dalam sehari, Asep yang memiliki 500 ekor ayam petelur harus menghabiskan 50 kilogram pakan. Sementara saat ini dia baru bisa menjual sekitar 15 kg telur dengan harga yang jauh di bawah normal.
"Sekarang harga itu kisaran Rp 16.500 satu kilonya. Untuk harga pakan jadi satu karung 50 kilogram itu harga Rp 325.000. Jadi kalau dihitung ya nggak masuk, sehari jual 15 kilo itu Rp 247.500, tapi pakannya habis satu karung," keluhnya.
"Jadi jelas nombok buat biaya pakan ini. Sehari ruginya bisa hampir Rp 80 ribu, kalau dikali sebulan sudah berapa itu, Rp 2 juta lebih," sambungnya.
Lihat juga video 'Harga Pakan Melejit, Peternak Ayam Petelur di Parepare Menjerit':
Anjloknya harga telur ternyata juga terjadi di lelvel pedagang grosir. Klik halaman berikutnya.