Surplus Neraca Perdagangan RI Diprediksi Berlanjut

Surplus Neraca Perdagangan RI Diprediksi Berlanjut

Tim detikcom - detikFinance
Rabu, 06 Okt 2021 23:02 WIB
Suasana aktivitas bongkar muat di Jakarta International Container Terminal, Jakarta Utara, Rabu (5/9/2018). Aktivitas bongkar muat di pelabuhan tetap jalan di tengah nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpuruk. Begini suasananya.
Ilustrasi perdagangan/Foto: Pradita Utama

Selain itu, industri manufaktur tercatat sudah membaik dengan indikator Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur yang mencapai 53,2 pada Maret 2021. Ia menjelaskan, jika PMI sudah berada di atas angka 50, artinya perusahaan mulai ekspansi dengan membeli bahan baku yang lebih banyak.

Melihat semua paramater tersebut, ia menilai, target pertumbuhan ekonomi versi pemerintah sebesar 7%, seperti pada kuartal kedua 2021, sangat rasional dan berpotensi besar tercapai.

"Dengan catatan, vaksinasi berjalan lancar sesuai target. Belanja pemerintah juga tetap konsisten membantu sektor usaha dan masyarakat yang rentan. Kemudian, kinerja ekspor membaik dan industri manufaktur masuk pada fase ekspansi," ucap Baidowi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi pelaku ekonomi, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B. Sukamdani menyatakan sepakat dengan keyakinan Kemendag akan surplusnya neraca perdagangan.

Dia mendukung optimisme Kementerian di bawah pimpinan Menteri Muhammad Lutfi itu. Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga memperkirakan surplus neraca dagang Indonesia pada tahun ini akan melampaui realisasi pada tahun lalu. Artinya, nilai surplus diproyeksi bakal lebih dari US$21,73 miliar yang merupakan realisasi pada Januari-Desember 2020. Proyeksi ini berasal dari realisasi surplus dagang Indonesia yang sudah mencapai US$19,17 miliar pada Januari-Agustus 2021.

ADVERTISEMENT

"Optimis-optimis, harus bisa. Karena potensi kesempatannya ada. Jadi di Indonesia dianggap mata dunia makin baik reputasinya dari sisi delivery, harga mulai kompetitif, kualitas juga bagus," cetus Haryadi.

Hariyadi sendiri tak segan mengapresiasi sejumlah langkah yang dilakukan Menteri Muhammad Lutfi dan jajarannya di tengah situasi yang tidak normal. "Menurut saya bagus ya, karena situasinya betul-betul tidak normal. Apapun yang dilakukan dengan situasi tidak normal itu, tentu tingkat kesulitannya tinggi," ucapnya.

Menurutnya, selain faktor-faktor di atas, Indonesia sejatinya juga diuntungkan dengan situasi perdagangan Amerika dan China dan negra-negara lain yang sibuk dengan urusan penanganan Covid-19. Ia melihat, semua peluang ini dilihatnya dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah.

Hanya saja, ia menyarankan pemerintah tak cepat puas. Ia menuturkan, penetrasi pasar ASEAN saja masih terbuka lebar untuk ditingkatkan. Begitu juga pasar Australia yang sudah memiliki perjanjian perdagangan dengan Indonesia.

Besambung ke halaman berikutnya


Hide Ads