Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membantah pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung menggunakan utang tersembunyi dari China.
Sebelumnya Dalam laporan berjudul 'Banking on the Belt and Road: Insight from a new global dataset of 13,427 Chinese Development Projects' yang menyinggung pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung menggunakan 'hidden debt' ini. Karena memang skema yang digunakan adalah business to business bukan ke pemerintah.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengungkapkan jika hal istilah utang tersembunyi itu tidak tepat. Karena pinjaman yang dikucurkan ke PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) tercatat di Bank Indonesia (BI).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi informasi itu tidak benar, tidak ada utang tersembunyi yang dilakukan konsorsium untuk pembangunan kereta cepat," kata dia kepada wartawan, Sabtu (16/10/2021).
Arya mengungkapkan seluruh pinjaman yang ada untuk pembangunan Kereta Cepat ini tercatat di Pinjaman Komersial Luar Negeri (PKLBN) BI.
"Untuk Kereta Cepat itu nggak ada ya yang tersembunyi, realnya tidak seperti itu," jelasnya.
Selanjutnya di laporan berjudul 'Banking on the Belt and Road: Insight from a new global dataset of 13,427 Chinese Development Projects' dana-dana yang disalurkan China itu bertujuan untuk pembangunan jalur sutera melalui Belt and Road Intiative (BRI) yang selama ini dilakukan di banyak negara.
Di Indonesia sendiri, penyaluran dana tersebut adalah untuk pembiayaan pembangunan Kereta Cepat. Pinjaman disalurkan ke perusahaan patungan Indonesia dan China yang mengerjakan proyek tersebut.
Pinjaman ini disalurkan dalam dua tahap yaitu US$ 2,38 miliar dan dalam renminbi senilai US$ 1,58 miliar. Dengan jatuh tempo 40 tahun dan masa tenggang 10 tahun. Lalu tingkat bunga 2% untuk dolar AS dan 3,46% untuk renminbi.