Jakarta -
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyampaikan Indonesia akan melanjutkan reformasi perdagangan agar lebih terintegrasi ke dalam ekonomi dunia. Indonesia juga akan mendukung ekonomi yang lebih terbuka, serta melakukan perdagangan yang adil dan saling menguntungkan untuk mendapatkan pasar yang lebih baik.
Hal itu ia sampaikan dalam acara 'Trade, Tourism, and Investment Forum Reviving Global Trade through Strengthening Regional Economic Partnership', Kamis (21/10). Acara ini merupakan bagian dari Trade Expo Indonesia (TEI) ke-36 Digital Edition bertem 'Reviving Global Trade'. Lutfi berharap digelarnya forum ini dapat menghadirkan ide-ide baru terkait berbagai hal, khususnya di sektor perdagangan.
"Diharapkan forum ini dapat menghasilkan diskusi tentang tantangan, peluang, dan ide di sektor perdagangan, pariwisata, dan investasi global. Diharapkan juga, forum ini dapat memberikan perkembangan kebijakan, informasi, dan strategi terkini ketiga sektor tersebut," kata Lutfi dalam keterangan tertulis, Jumat (22/10/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Lutfi, koherensi kebijakan antara perdagangan, investasi, dan kawasan industri akan menguntungkan global, khususnya dalam pemulihan dan pembangunan ekonomi.
"Perdagangan dan investasi yang tertanam dalam rantai nilai global dan regional adalah alat yang ampuh untuk meningkatkan industrialisasi, pertumbuhan, dan menciptakan kondisi yang berkelanjutan, terutama pascapandemi COVID-19," ucapnya.
Lutfi mengatakan Indonesia akan memastikan perdagangan dan investasi internasional dapat berkontribusi efektif terhadap pemulihan ekonomi global. Salah satunya melalui negosiasi secara bilateral dan regional.
"Indonesia akan terus merundingkan perjanjian perdagangan dengan pemikiran yang sama, baik negara besar dan kecil, sebagai upaya untuk posisi yang lebih baik dalam rantai nilai global. Saat ini, Kemendag dalam proses negosiasi 23 kesepakatan perdagangan bilateral dan regional," jelasnya.
Di sisi lain, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menjelaskan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi dan investasi berkontribusi paling besar dalam pertumbuhan ekonomi. Melihat dari perkembangan hasil survei, ia menyebut konsumsi sudah berada dalam kondisi stagnan sehingga Indonesia hanya perlu mendorong investasi.
Terkait hal ini, lanjutnya, dibutuhkan kolaborasi antarinstansi dalam mengakselerasi. Ia menyebut terdapat tiga strategi untuk mendorong investasi, yaitu hilirisasi, insentif dan penyediaan alternatif kawasan industri, serta pemberian hak istimewa dalam bentuk insentif bagi investor yang berinvestasi di luar Jawa.
"Untuk hilirisasi, seperti nikel dan merambah komoditas lain, tetap menjadikan industri yang minimal 70 persen nilai tambahnya sudah harus masuk Indonesia. Sementara untuk insentif kawasan Industri, seperti di Batam, tanahnya pasti lebih murah dan izin akan diurus Pemerintah," ungkapnya.
Klik halaman selanjutnya >>>
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno memaparkan pandemi COVID-19 juga menghantam sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dunia. Dikatakannya, kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia turun 80 persen dan ekonomi kreatif Indonesia pun tumbuh minus.
Selain itu, pandemi mengubah gaya bepergian. Dalam hal ini masyarakat cenderung bepergian berdasarkan higienis, mobilitas rendah, sedikit kerumunan, dan minim sentuhan.
"Untuk itu, Kemenparekraf menerapkan strategi fundamental meliputi inovasi, adaptasi, dan kolaborasi. Tidak hanya untuk bertahan, tapi juga untuk menggenjot pemulihan membangun ulang Indonesia dengan lebih baik," ujar Sandi.
Sandi optimistis pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia akan pulih dan bertumbuh. Saat ini, pihaknya juga tengah mengembangkan destinasi super prioritas untuk menjadi daya tarik wisatawan sekaligus menumbuhkan ekonomi kreatif masyarakat setempat.
"Terdapat beberapa insentif di sektor pariwisata, seperti keringanan pajak dan pembebasan bea masuk. Diharapkan investor dapat mengembangkan bisnis yang menguntungkan dan dapat mengembangkan pariwisata Indonesia," ucap Sandi.
Senada dengan Lutfi, Direktur Pelaksana Kebijakan Pengembangan dan Kemitraan Bank Dunia Mari Elka Pangestu menjelaskan Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 6,7 persen pada 2022. Pada umumnya, Asia Timur menunjukkan perbaikan, yakni negara negara yang pasarnya terintegrasi lebih kuat dalam rantai nilai global akan pulih lebih cepat
"Menjaga pasar tetap terbuka, mendiversifikasi akses pasar, dan mendiversifikasi produk harus menjadi strategi Indonesia," kata Mari.
Klik halaman selanjutnya >>>
Sementara Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Gan Kim Yong mengatakan kerja sama Indonesia dan Singapura dalam jangka panjang didukung kerja sama ekonomi yang kuat. Ia berharap hubungan bilateral dan ekonomi Indonesia-Singapura dapat terus berjalan.
"Kami berharap dapat terus terus bekerja sama dengan Indonesia untuk memperkuat lembaga lembaga regional dan multilateral, termasuk ASEAN dan WTO. Sehingga, dapat mendukung pertumbuhan ekonomi kita dan meningkatkan taraf hidup masyarakat kita," ujarnya.
Hal yang sama pun disampaikan oleh Sekretaris Departemen Perdagangan dan Industri Filipina Ramon M Lopez. Ia menyampaikan Indonesia dan Filipina merupakan memiliki nilai dan kebudayaan serupa sehingga mendorong kolaborasi di bidang e-commerce, ekonomi digital, dan halal.
Menurut Lopez, pemerintah Filipina berkomitmen terhadap nota kesepahaman (MoU) dengan Indonesia tentang kerja sama promosi investasi yang ditandatangani pada 2020. Adapun isi MoU meliputi pertukaran informasi, seperti kebijakan, regulasi, dan prosedur perizinan investasi, peluang investasi di kedua negara, serta realisasi investasi asing.
"Marilah, kita bersama-sama membangun kemitraan kerja sama ekonomi yang lebih hidup dan responsif," ucap Lopez.
Di kesempatan yang sama, Plt. Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Edi Prio Pambudi menyoroti soal dampak kebijakan PPKM yang diperkirakan bersifat temporer. Hal ini tercermin dari aktivitas manufaktur yang mulai menggeliat pada Agustus 2021. Salah satunya ekspor yang terus berjalan dan mencatatkan surplus. Kondisi ini, lanjut Edi, menandakan pemulihan ekonomi dan penanganan pandemi COVID-19 berjalan seimbang.
"Menurut Indeks Pemulihan COVID-19 Nikkei per September 2021, Indonesia mencatatkan skor 54,5. Skor tersebut merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Tercatat pada Juli 2021, skor Indonesia berada pada peringkat ke-92. Skor indeks tersebut merupakan akumulasi dari tiga kategori utama yang meliputi manajemen infeksi, pemberian vaksin, dan mobilitas. Semakin tinggi peringkatnya, semakin dekat negara tersebut dalam proses pemulihan COVID-19," jelasnya.
Sementara itu Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta W Kamdani berharap, TEI 2021 dapat dimanfaatkan sebagai wadah untuk mengoneksikan, memperdagangkan, berinvestasi dan bekerja sama. Dalam hal ini, Kadin Indonesia akan memfasilitasi untuk melakukan kontak dengan komunitas bisnis.
"Sebagai Presidensi G20, Indonesia akan berkolaborasi dengan negara anggota G20 untuk kembali membuka ekonomi menjadi lebih baik dari saat ini. Kita juga memastikan ekonomi akan menjadi lebih kuat setelah pandemi, lebih inovatif, dan berkelanjutan untuk semua negara," tutup Shinta.