Badan Pusat Statistik (BPS) telash resmi mengumumkan data pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2021 yang mencapai 3,51% secara year on year (yoy). Angka itu lebih rendah dari pertumbuhan di kuartal II-2021 7,07%, namun masih lebih tinggi dibandingkan kuartal III-2020 -3,49%.
Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira capaian pertumbuhan ekonomi itu masih belum sesuai yang diharapkan dan terbilang rendah. Dampaknya konsumsi rumah tangga tumbuh sangat tipis.
"Efeknya konsumsi rumah tangga masih rendah khususnya kelas menengah ke bawah. Ditunjukkan dari tingkat konsumsi rumah tangga yang mengecewakan hanya naik 1.03% yoy," tuturnya kepada detikcom, Jumat (5/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BPS juga mencatat konsumsi rumah tangga Indonesia di sepanjang kuartal III-2021 hanya tumbuh 1,03% secara tahunan atau year on year (yoy). Angka itu melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal II-2021 yang tumbuh 5,96%.
Menurut Bhima masih rendahnya konsumsi rumah tangga disebabkan lonjakan kasus COVID-19 pada awal kuartal III-2021. Hal ini menurutnya bisa menjadi pembelajaran agar tidak terulang lagi.
"Pendapatan masyarakat terganggu lonjakan kasus covid pada kuartal ke III kemarin. Jadi ini pelajaran pentingnya jangan sampai ada lonjakan COVID-19 lagi khususnya gelombang ketiga karena efek ke pelemahan ekonomi langsung terasa," tambahnya.
Sementara Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah menilai capaian pertumbuhan ekonomi 3,5% itu justru merupakan hal yang positif. Sebab diriny memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2021 paling mentok hanya 1%.
"Pertumbuhan ekonomi kuartal III-2021 yang mencapai 3,5% menurut saya sebuah kejutan, jauh di atas perkiraan. CORE sendiri memperkirakan hanya di kisaran 0,5%-1% dengan mengacu turunnya angka indeks penjualan riil sebagai leading indikatornya konsumsi pada triwulan III," terangnya.
Lanjutkan membaca -->>