Kenapa Sih Warga China Ramai-ramai Panic Buying? Ada Apa Emangnya?

Tahukah Kamu

Kenapa Sih Warga China Ramai-ramai Panic Buying? Ada Apa Emangnya?

Siti Fatimah - detikFinance
Selasa, 09 Nov 2021 12:41 WIB
An employee attends to a customer at a supermarket in Beijing, China, Wednesday, Nov. 3, 2021.  A recent seemingly innocuous government recommendation for Chinese people to store necessities for an emergency quickly sparked scattered instances of panic-buying and online speculation of imminent war with Taiwan. (AP Photo/Ng Han Guan)
Warga China Heboh Borong Makanan/Foto: AP/Ng Han Guan
Jakarta -

Fenomena panic buying terjadi di China. Dalam sebuah video yang tersebar di media sosial Weibo memperlihatkan warga China memborong belanjaan kebutuhan sehari-hari.

Bahkan, panic buying itu membuat antrean mengular di suatu supermarket daerah Changzhou, China. Warga yang berbelanja terlihat memenuhi troli mereka dan beberapa rak toko pun kosong.

Lalu apa sih penyebab terjadinya panic buying di China?

Panic buying dipicu oleh pengumuman Kementerian Perdagangan China pada 1 November 2021. Pemerintah meminta warganya untuk menyimpan stok kebutuhan sehari-hari sebagai persiapan dalam kondisi darurat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Keluarga didorong untuk menyimpan sejumlah kebutuhan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan dan keadaan darurat," kata Kementerian Perdagangan China dikutip dari South China Morning Post, Selasa (9/11/2021).

Kabar tersebut otomatis mengundang kehebohan di media sosial, bahkan beberapa warganet sana berspekulasi seruan 'menimbun' makanan itu berhubungan dengan perang antara China dan Taiwan.

ADVERTISEMENT

Kementerian Perdagangan China pun menanggapi hal itu dan meyakinkan warganya bahwa tidak ada ancaman apapun yang mendorong mereka membuat kebijakan tersebut. Surat kabar Economy Daily yang dikelola pemerintah pun mencoba menenangkan spekulasi warganya di media sosial dengan menyebut kebijakan itu dikeluarkan untuk persiapan karantina (lockdown) terhadap virus Corona varian baru.

"Dalam jangka panjang (menyetok makanan) itu juga mengadvokasi penduduk untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang manajemen darurat, meningkatkan cadangan rumah tangga dari komoditas yang diperlukan untuk melengkapi sistem darurat nasional," katanya.

Namun nyatanya, panic buying tidak terkendali dan beberapa warga mulai menimbun bahan makanan seperti beras, tepung, dan kubis.

Bagaimana ketahanan pangan China? Cek halaman berikutnya.

Simak juga Video: Lonjakan Kasus Covid-19 di China

[Gambas:Video 20detik]



Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu diketahui setidaknya ada 1,4 miliar penduduk China yang harus dipenuhi kebutuhan pangannya. Jumlah tersebut seperlima dari populasi dunia.

Bayangkan jika terjadi kriris pangan di China yang memiliki populasi sebesar itu? Tentu China pernah mengalami kondisi tersebut, tepatnya pada tahun 1958 dan ingatan situasi kelaparan terbesar di China itu masih membekas dibenak generasi yang lebih tua.

Setelah pandemi COVID-19 mereda, ketahanan pangan menjadi isu penting dan prioritas China. Mereka ingin mengandalkan konsumsi domestik untuk menyeimbangkan ketidakpastian dari eksternal.

Presiden China Xi Jinping sempat mengatakan, semangkuk nasi China harus dipegang dengan kuat di tangan China. Artinya negara tersebut harus memastikan keamanan mutlak soal pasokan makanan.

Untuk mencapai tujuan itu, pemerintah menetapkan target jumlah lahan pertanian berstandar tinggi pada 2025 sebesar 71,67 juta hektare (ha) dan 80 juta ha pada tahun 2030. Seluruh lahan itu akan digunakan untuk pertanian skala besar dan meningkatkan hasil panen biji-bijian.

Apakah China mengandalkan impor untuk ketahanan pangannya?

Menurut buku pemerintah yang diterbitkan pada Oktober 2019, 'impor moderat' merupakan bagian dari strategi China untuk ketahanan pangan.

Anggota Komite Penasihat Ahli Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional dan seorang profesor di Universitas Tongji, Cheng Guoqiang mengatakan China meningkatkan impor untuk memenuhi permintaan karena kurangnya hasil panen dalam negeri.

China sudah menjadi importir makanan terbesar di dunia. Sejak 2014, impor biji-bijian China di atas 100 juta ton dan dalam sembilan bulan pertama di 2021, China sudah mengimpor 128,27 juta ton biji-bijian, naik 29,3% dari tahun sebelumnya.

Selain itu, China juga mengimpor 3,53 juta ton jagung pada September, naik 226,9% dari tahun lalu. Sedangkan impor gandum turun 40,4% menjadi 640.000 ton pada September.

Meski begitu, China merupakan eksportir beras, mereka termasuk negara yang mengekspor lebih banyak daripada impor. Jadi, sama seperti negara pada umumnya, China juga melakukan impor untuk ketahanan pangan warganya.


Hide Ads