Mega Garuk Kepala, Ada yang Ragu Dirinya Jabat Ketua Dewan Pengarah BRIN

Mega Garuk Kepala, Ada yang Ragu Dirinya Jabat Ketua Dewan Pengarah BRIN

Trio Hamdani - detikFinance
Minggu, 21 Nov 2021 07:30 WIB
Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri
Foto: Biro Pers Seketariat Presiden
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mempercayai Megawati Soekarnoputri mengawal Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Namun, Mega menyadari ada yang meragukan dirinya duduk sebagai Ketua Dewan Pengarah BRIN karena dinilai bukan dari kalangan akademisi.

"Saya kalau boleh dibilang bagian dari kalangan akademisi. Saya tadi minta sebetulnya boleh nggak ya CV saya ditampilkan, karena banyak orang meragukan," katanya dalam Pembukaan Forum Komunikasi Riset dan Inovasi 2021 hari Jumat, dikutip Minggu (21/11/2021).

Dia pun heran ketika ada yang meragukan posisinya di BRIN dan hanya bisa garuk-garuk kepala.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Katanya 'kenapa Ibu Mega yang mesti masuk menjadi ketua dewan pengarah? Beliau bukan seorang akademisi', saya lalu garuk-garuk kepala, sebetulnya yang dimaksud akademisi itu apa, hanya teori atau sampai pada tingkat implementasi? Pasti semuanya akan bilang sampai pada tingkat implementasi," jelasnya.

Mega juga menjelaskan alasan Jokowi menunjuk dirinya sebagai Ketua Dewan Pengarah BRIN. Tujuannya agar Indonesia bisa melakukan riset yang sejalan dengan kepentingan nasional. Sebab, dirinya juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

ADVERTISEMENT

"Jadi saya langsung menanyakan begini 'berarti menurut Bapak itu bukan research for research?' (Jokowi bilang) 'tidak, research for nation'," ujarnya.

Mega pun menyatakan alasan tersebut cocok untuk dirinya. Dia menekankan kembali agar penelitian yang dilakukan di BRIN semuanya bertujuan untuk kepentingan bangsa dan negara.

Dengan kapasitasnya sebagai Dewan Pengarah BRIN, Mega sempat mengingatkan Jokowi akan kekhawatiran Indonesia kekurangan pasokan beras. Bersambung di halaman selanjutnya.

Mega bercerita soal kekhawatiran bahwa Indonesia bisa saja terancam kekurangan beras. Kekhawatiran tersebut muncul saat dunia mulai dilanda oleh pandemi COVID-19.

Kekhawatiran tersebut diungkapkan langsung kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) kala itu. Dia mengingatkan agar orang nomor satu di Indonesia itu berhati-hati terhadap ketersediaan pasokan beras.

"Ketika mulai COVID, saya khawatir 'waduh ini nanti gimana kalau kekurangan beras'. Jadi saya bilang sama Pak Jokowi 'Pak hati-hati ini, karena takutnya kalau kita impor tahu-tahu negara-negara penghasil berasnya sendiri juga nutup' Karena dia juga tahu bagaimana kalau istilahnya seperti kita saja kena yang disebut prokes itu," katanya.

Melalui PDIP, Mega lantas mengingatkan Jokowi agar menggerakkan penanaman 10 bahan makanan pendamping beras, mulai dari ketela, ubi jalar, porang, hingga sagu.

Berkaitan dengan hal di atas, Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu ingin agar BRIN dapat ikut berperan melalui riset-risetnya.

"Ini kan dari sisi nanti yang di sini organisasi riset tadi. Itu kan harus segera melakukan hal itu. Karena saya bilang kepada Pak Kepala (BRIN), nanti kita mesti punya tim baru, saran, saya bilang saya hanya maunya gitu, kayaknya udah ada tim yang memang datang langsung, datang ke tempat-tempat ke flora-fauna kita, melihat apa saja, dari lumut, dari jamur, dari whatever untuk diambil, diteliti kegunaannya dan lain sebagainya," tambahnya.

Dewan Pengarah BRIN itu pun menyoroti ekspor kunyit yang membuat pasokan di dalam negeri menipis. Baca di halaman selanjutnya.

Mega miris mendengar cerita warga yang kesulitan mendapatkan kunyit karena kebanyakan diekspor ke luar negeri. Presiden ke-5 RI itu menerima keluhan dari para ibu-ibu yang bergerak di bidang jamu tradisional.

"Ibu-ibu yang bergerak di jamu-jamu tradisional mengeluh sekarang," katanya dalam Pembukaan Forum Komunikasi Riset dan Inovasi 2021.

Para ibu-ibu meminta tolong kepada Mega dengan kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Cerita yang dia dengar, harga kunyit sekarang sedang bagus sehingga banyak yang diekspor.

"Lho kok diekspor? Kok laku ya? Untuk apa ya? Kan saya tanya gitu 'ya untuk obat-obatan juga Bu'," tuturnya menceritakan percakapannya dengan ibu-ibu.

"Terus saya mulai mikir 'wah enak banget ya', saya bukan anti asing lho, jangan punya pikiran saya anti asing, no, tapi saya mau bangsa saya ini maju bersama, bergerak bersama, totalitas untuk bangsa dan negara dan seperti yang presiden inginkan, kemajuan itu benar nyata untuk Indonesia ke depan. Jadi apapun itu fokusnya harus di situ," sambungnya.

Pada kesempatan itu Mega juga miris karena jamu tradisional dipandang sebelah mata sehingga keberadaannya kerap ditolak.

"Katakan dari sisi kesehatan, saya suka ketawa, apa ya tapi miris, jamu-jamuan seperti ditolak. Itu tidak ada masuk ke dalam laboratorium 'waduh' saya bilang, padahal dari zaman dulu rakyat kita zaman dulu kok ya hidup juga ya, apa karena minum jamu-jamuan toh?" paparnya.

Dia juga berharap agar BRIN tidak mengesampingkan riset kecil-kecilan dengan kearifan lokal. Jika berpikir riset-riset semacam itu layak dibuang, menurutnya tidak cocok menjadi bagian dari BRIN



Simak Video "Video Peneliti BRIN Temukan Spesies Baru, Kadal Buta dari Pulau Buton"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads