Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan penguasaan pangsa pasar minyak sawit dunia oleh Indonesia telah mencapai 58%. Hal ini ia sampaikan dalam Webinar Nasional Kelapa Sawit 'Kontribusi Aktif Kelapa Sawit dalam Mendukung Green Economy Nasional' yang diselenggarakan Warta Ekonomi.
"Tentu seharusnya Indonesia sudah menjadi price leader, bukan price taker," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (18/12/2021).
Ia menjelaskan sektor pertanian yang mencakup komoditas kelapa sawit juga turut andil dalam pemulihan ekonomi nasional. Hal ini terlihat lewat kinerja ekspor pada Q2-2021 yang tercatat tumbuh tinggi yakni 31,78% (YoY), yang mana berarti kelapa sawit telah berkontribusi sebesar 13% terhadap ekspor non-migas Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga Crude Palm Oil (CPO) international juga terus mengalami kenaikan hingga mencapai USD 1.100 per MT. Kenaikan ini berdampak pada membaiknya Nilai Tukar Petani (NTP)>103,4 dan sejalan dengan meningkatnya harga TBS yang berkisar 1.800- 2.100 per kilogram.
Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan industri kelapa sawit nasional telah berkontribusi mengentaskan kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja untuk lebih dari 16 juta pekerja.
"Dengan kata lain, industri kelapa sawit merupakan sektor strategis bagi perekonomian masyarakat yang perlu dikawal tidak hanya oleh Pemerintah saja, namun oleh semua komponen masyarakat," tuturnya.
Pemerintah saat ini terus mengembangkan kebijakan yang mendorong domestic demand dari produk sawit, antara lain melalui pengembangan biodiesel (B30) sebagai salah satu alternatif BBM untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar berbasis fosil. Program B30 telah berkontribusi dalam upaya penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) untuk sekitar 23,3 juta ton karbon dioksida (CO2) pada tahun 2020.
Simak Video: Permintaan Ekspor Tinggi Jadikan Sawit Penopang Perkonomian Bangka Belitung