Kisah 'Three Musketeers' RI Lobi Lembaga Dunia demi Pasokan Vaksin

Kisah 'Three Musketeers' RI Lobi Lembaga Dunia demi Pasokan Vaksin

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Selasa, 28 Des 2021 12:37 WIB
Momen kegiatan Menlu Retno Marsudi dan Menkeu Sri Mulyani di sela kegiatan KTT G20 di Roma
Foto: dok. Istimewa
Jakarta -

Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mendapat pasokan vaksin COVID-19. Sejumlah menteri berkeliling dunia untuk meyakinkan produsen dan berbagai lembaga supaya Indonesia menjadi prioritas yang mendapat vaksin, termasuk dari yayasan orang terkaya dunia Bill & Melinda Gates Foundation.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bercerita, dirinya dan Melinda Gates telah kenal cukup lama ketika bekerja di World Bank atau Bank Dunia. Kala itu, dia bersama-sama Melinda menangani Ebola.

Dalam penanganan Ebola, dirinya melakukan mobilisasi pendanaan untuk membantu negara-negara miskin yang punya masalah terutama fasilitas kesehatan. Pelajaran dari penanganan Ebola inilah yang dijadikan Sri Mulyani untuk mengatasi pandemi COVID-19.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya dengan Melinda sudah kenal cukup lama waktu di World Bank waktu itu, waktu kita menangani Ebola dulu, itu juga persoalan sama, Ebola terutama karena Afrika waktu itu jadi kita memang berhubungan dengan suatu situasi Ebola akan continue spreading. Sementara Afrika punya kapasitas yang sangat-sangat rendah untuk bisa menanganinya," katanya dalam acara Jejak Keberhasilan Pemerintah dalam Vaksinasi COVID-19, Selasa (18/12/2021).

"Jadi waktu itu kita memobilisasi funding untuk bisa bantu terutama negara-negara Afrika yang masih sangat-sangat lemah dari sisi sistem kesehatannya. Dari pemikiran Ebola itu kemudian dibikinlah suatu kolaborasi untuk membuat world covid vaksin yang ini akan menjadi global public goods," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, Indonesia punya reputasi yang baik karena memiliki PT Bio Farma. Sebab, produknya dipakai untuk mengatasi polio dan lain-lain.

Maka itu, dia bersama dengan beberapa menteri melakukan diplomasi dengan berbagai pihak agar Indonesia tidak hanya sebagai penerima tapi juga produsen. Diplomasi ini pun juga dilakukan dari sisi pendanaan.

"Kita akan contribute dari sisi fundingnya, tapi funding ini tujuannya adalah untuk juga bersama-sama seluruh dunia kalau siapa saja yang nemuin vaksin dia harus mengkontribusikannya bersama. Jadi tidak boleh ini kemudian diklaim," terangnya.

Lihat juga Video: Ganjar Gandeng Komunitas untuk Vaksinasi Anak Jalanan di Jateng

[Gambas:Video 20detik]



Lanjutkan membaca -->

Para menteri pun berbagai tugas. Bak 'Three Musketeers', tiga menteri yaitu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri BUMN Erick Thohir dan dirinya, melakukan diplomasi melalui WHO, ADB, dan lembaga internasional lain

"Yang jelas karena Bu Retno, saya, Erick (Menteri BUMN Erick Thohir) ya kita bertiga ngobrol makan bersama-sama, yuk kita gimana caranya untuk melakukan diplomasi. Bu Retno makanya masuk melalui WHO kalau UN itu kan Kemenlu yang kuat di sana," terangnya.

"Saya dari sisi funding internasional saya networknya cukup kuat di sana. Jadi kita menggunakan World Bank, AIIB, ADB juga melalui koneksi dari berbagai trust fund dunia dalam hal ini dengan pengalaman sebelumnya sudah menghadapi seperti Ebola," sambungnya.

Dari situ, lanjutnya, Indonesia bisa mendapat jaminan akses dan mendapat prioritas vaksin.

"Dan kemudian dari sisi itu, sebetulnya baru satu keberhasilan yaitu memang establish Indonesia penting, Indonesia ikut yang itu dalam Undang-undang Dasar kita ikut dalam menjaga ketertiban dunia, jadi kita berkontribusi kolaborasi tapi kita juga kita minta mendapatkan guarantee akses vaksin itu juga, dan memang Indonesia diberikan priority," terangnya.


Hide Ads