Sri Mulyani Mau Ekspor RI Digenjot Demi Ekonomi, Bagaimana Caranya?

Sri Mulyani Mau Ekspor RI Digenjot Demi Ekonomi, Bagaimana Caranya?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 10 Jan 2022 19:15 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan ekspor menjadi salah satu mesin untuk pertumbuhan ekonomi nasional.

Karena itu pelaku usaha harus mampu untuk berinovasi dan beradaptasi di kondisi saat ini. Sri Mulyani menyampaikan agar Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) lebih kreatif dan inovatif, supaya Indonesia dapat memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi.

"Kita dihadapkan pada sebuah lingkungan dunia yang bergerak sangat cepat. Ekspor merupakan salah satu engine growth yang sangat penting. LPEI yang berfungsi sebagai pemberi kredit atau credit enhancer, sebagai fasilitator, akselerator, maupun agregator harus meningkatkan kreativitas dan inovasi," kata Sri Mulyani, dalam keterangan pers, Senin (10/1/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

LPEI Special Mission Vehicle Kementerian Keuangan untuk menggerakkan ekspor nasional sudah mempersiapkan sejak tahun lalu dengan mendorong pengembangan bisnis kopi. Salah satunya adalah melaksanakan program Desa Devisa khusus kopi, yang dimulai di Kabupaten Subang, Juli 2021 lalu.

Berdasarkan catatan Indonesia Eximbank Institute, permintaan kopi dunia di tahun 2022 akan semakin meningkat seiring harga yang juga semakin tinggi. Apalagi, pasarnya juga semakin luas. Ekspor perdana kopi hasil binaan Desa Devisa LPEI di Subang saja mencapai 18 ton untuk tujuan Arab Saudi.

ADVERTISEMENT

Padahal, pasar tradisional kopi seperti AS, Jepang, Jerman, dan negara Eropa lainnya terus membesar. Para eksportir kopi nasional ini, berdasarkan catatan Indonesia Eximbank Institute tersebar di Semarang, Banda Aceh, Deliserdang, Medan, Bandar Lampung, Surabaya dan Sidoarjo, serta Malang.

LPEI juga mencatat ceruk permintaan kopi yang lebih spesifik seperti kopi organik sangat cerah pasarnya. Oleh karena itu, selain di Subang, LPEI juga mendampingi pengembangan bisnis kopi organik di kawasan Pegunungan Ijen, Banyuwangi. Tahun ini, ditargetkan kopi organik jenis java ijen dapat mulai diekspor untuk memenuhi pasar Jepang.

Desa-desa di kawasan ini menjadi bagian dari program Desa DevisaLPEI, yang pada tahun 2022 ditargetkan dapat menjangkau sekitar 100 desa melalui program Desa Devisa tersebut.

Saat ini memang di masa pandemi COVID-19 yang terjadi di dunia sempat menekan permintaan komoditas kopi, hal ini karena adanya gangguan pada rantai pasok logistik karena adanya pembatasan arus keluar masuk barang di berbagai negara. Selain itu kelangkaan kontainer juga menyebabkan biaya logistik naik berkali lipat.

Kendala ini pun menyebabkan volume perdagangan kopi menurun, terutama di jalur pasar ekspor dunia. Indonesia sebagai produsen kopi keempat terbesar di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolumbia, ikut terdampak oleh kondisi tersebut.

Meski demikian, nyaris tidak ada pelaku usaha kopi yang gulung tikar dan beralih ke bisnis komoditas lain. Ini memperlihatkan bahwa penurunan bisnis kopi murni adalah akibat pandemi dan terganggunya rantai pasok, bukan karena berkurangnya permintaan pasar.

Memasuki tahun 2021, permintaan kopi dunia sudah menunjukkan tren menggembirakan. Permintaan berangsur pulih. Nilai ekspor kopi Indonesia rebound ditopang oleh kenaikan harga kopi dunia. Pertumbuhan nilai kopi masih minus yaitu sebesar -1,9% pada periode kumulatif Januari - Oktober 2021, namun relatif membaik dari minus 6,9% di tahun 2020.

Porsi ekspor terbesar yaitu jenis kopi tidak disangrai (98,51%) dengan pertumbuhan nilai ekspornya -7,22% yoy (year on year) pada tahun 2020.



Simak Video "Video: Pedagang di Chinatown San Francisco Kena Dampak Tarif 145%"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads