Ridwan Kamil Beberkan Solusi Kepadatan Perkotaan, Apa Itu?

Ridwan Kamil Beberkan Solusi Kepadatan Perkotaan, Apa Itu?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 17 Feb 2022 18:15 WIB
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat menghadiri Halal bi Halal bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Jabar dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jabar via konferensi video di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat (21/5/2021).
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil/Foto: Humas Pemprov Jabar
Jakarta -

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bicara solusi masalah perkotaan dalam diskusi Urban 20. Provinsi Jawa Barat bersama DKI Jakarta terpilih sebagai Co-Chairs pada Outreach Groups U20 Presidensi G20.

U20 merupakan pertemuan para pemerintah kota di negara anggota G20. Pertemuan ini membahas masalah perkotaan ke agenda Presidensi G20.

Dalam diskusi Urban 20 secara virtual, Kang Emil bicara solusi yang bisa ditawarkan dalam mengatasi masalah kawasan urban. Sebagai seorang yang memiliki latar belakang arsitek, persoalan ini bukanlah hal baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya background arsitek, dosen urban planning juga. Ada ilmunya lah sedikit," kata Kang Emil, ditulis Kamis (17/2/2022).

Forum ini diharapkan menjadi ajang dalam membuat dan merumuskan kebijakan konkret bagaimana menyelesaikan persoalan kawasan urban. Hasil diskusi dan rumusan tersebut akan dibawa kepada para pimpinan negara anggota G20.

ADVERTISEMENT

Kang Emil menjelaskan, kawasan perkotaan identik dengan kepadatan, baik karena jumlah individu hingga tempat tinggal yang saling berdekatan.

"Ini tidak ditemukan di desa. Kedekatan, kepadatan, heterogen itu ada di kota. Jadi kenapa (banyak yang) pindah ke kota? Karena peluang hidup lebih baik itu ngumpulnya di urban," katanya.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Lihat juga Video: NasDem Pertimbangkan Usung Anies, RK, Ganjar Jadi Capres 2024

[Gambas:Video 20detik]



Ia mengakui bahwa sudah ada kemajuan dalam beberapa tahun terakhir. Kue ekonomi, kata dia, kini tak hanya terpusat di Jakarta melainkan sudah tersebar ke wilayah Jawa lainnya.

Namun, ia menggarisbawahi bahwa Indonesia selama ini tidak mempunyai budaya menciptakan sebuah kawasan urban. Alhasil, perkembangan kawasan urban kerap kali diiringi dengan sejumlah masalah.

"Kita sudah bersepakat pindah ke urban, muncul masalah yang harus diselesaikan. Jadi imbang. Antara peluang banyak duit di kota, dengan masalah juga. Makanya stres level orang kota lebih tinggi tapi duitnya lebih banyak. Dalam kesempatan, terkandung problem," jelasnya.

Menurutnya, pagelaran G20 harus menjadi momentum untuk menyelesaikan masalah di kawasan urban. Misalnya, terkait dengan pembahasan pengembangan ekonomi hijau.

"Karena padat mobilitas, orang boros bensin, maka itu isu energi terbarukan keren banget kalau dibahas. Bisakah mobil listrik, atau bisakah mobilitas tidak bertemu dengan e-commerce dan sebagainya," katanya.

Kang Emil kemudian mengambil contoh uji coba yang dilakukan Swedia. Negara tersebut, kata dia, melakukan uji coba mengembangkan konsep ekonomi hijau bagi masyarakat urban di kota-kota mereka.

"Di Swedia ada eksperimen. Di city center mereka yang dulu sliweran mobil, ditutup enggak boleh hanya ada orang. Bisnis mereka protes. Bagaimana orang mau datang akses mobil ditutup?"

"Hasilnya kebalik. Semakin enggak ada mobil, enggak ada asap, nggak ada polusi, orang nongkrong lebih lama, lapar harus lebih banyak, jadi shopping time lebih tinggi. Jadi keberanian dengan teori itu pelan-pelan mengurangi, mobil akan menyesuaikan," tegasnya.


Hide Ads
Riau Bhayangkara Run