Pemerintah saat ini sedang mendorong pembiayaan berkelanjutan untuk membantu memerangi perubahan iklim. Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan sektor keuangan dan perbankan bisa turut berkontribusi memerangi climate change.
"Dibutuhkan langkah serius dan kerja sama dari banyak pihak untuk memerangi perubahan iklim ini," kata dia dalam acara Seminar "Scaling Up The Utilization Of Sustainable Financial Instruments", Jumat (18/2/2022).
Tiko menyebutkan dunia saat ini menghadapi risiko akibat perubahan iklim. Mulai dari cuaca ekstrim, krisis sumber daya alam, krisis utang sampai masalah lingkungan lainnya.
Dia menyebutkan dalam G20 Sustainable Finance Working Group disampaikan jika Indonesia menargetkan bisa menekan emisi karbon hingga 29%.
"Dalam COP26 di Glasgow dunia berkomitmen untuk mengurangi suhu <2% dan menuju net zero emission," ujar dia.
Karena itu Indonesia mendukung penuh ekosistem untuk pembiayaan berkelanjutan atau sustainable finance. Mulai dari mendorong sustainable finance, kebijakan pemerintah sampai menjalankan praktik sustainable finance.
Dia mengungkapkan potensi untuk penyaluran sustainable finance di Indonesia sangat besar. Mulai dari surat utang hijau mencapai US$ 35,12 juta dan Global Sustainability Bonds Issued by Local Issuer US$ 2,22 miliar.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengungkapkan pemanasan global ini akan berdampak pada masyarakat mulai dari petani sampai nelayan.
"Perubahan iklim ini bisa membuat prediksi panen tidak bisa dilakukan. Karena itu Indonesia berkepentingan untuk berpartisipasi dalam climate change agenda," ujar dia.
Febrio menyampaikan dalam Paris Agreement Indonesia berkomitmen untuk menekan emisi hingga 29% pada 2030. "Ini bisa tercapai, Indonesia dan banyak negara lain lebih ambisius untuk mengendalikan perubahan iklim. Indonesia juga masuk ke dalam target net zero," jelas dia.
Dia menyampaikan memang saat ini juga masih dilakukan transisi energi. Apalagi saat ini energi di Indonesia masih 65% batu bara. "Jelas ini polusi, dan kita adalah produsen batu bara terbesar di dunia dan menjadi eksportir. Tapi kita berupaya untuk mengurangi PLTU Batu bara dan dilakukan transisi artinya tidak terjadi dalam satu tahun," imbuh dia.
Simak Video "Ketar-ketir Ilmuwan Lihat Laporan Terbaru soal Perubahan Iklim"
[Gambas:Video 20detik]
(kil/ang)